”Petani kedelai yang terkonsentrasi di Aceh dan Jawa Timur dikhawatirkan akan beralih dari menanam kedelai ke menanam padi, sehingga sepanjang tahun ini tidak ada yang menanam kedelai sama sekali,” ujar Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi di Jakarta, Jumat (18/2).
Menurut Bayu, kebutuhan kedelai di dalam negeri saat ini mencapai 1,5 juta ton setiap tahun. Selama ini, untuk Indonesia baru sanggup memproduksi kedelai sendiri sebesar 960.000 ton per tahun. Selebihnya, sebanyak 600.000-700.000 ton harus diimpor.
”Tetapi untuk tahun ini, untuk memproduksi 960.000 ton saja akan berat karena pengalihan jenis tanaman pangan yang ditanam. Sementara untuk mendatangkan dari luar negeri pun tidak mudah karena harga terus tinggi dan kemungkinan besar pasokannya sulit,” kata Bayu.
Secara terpisah, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyatakan, pemerintah telah berupaya mengatasi kenaikan harga kedelai dalam negeri yang terpengaruh oleh kenaikan harga kedelai dunia. Langkah yang dilakukan antara lain stabilisasi harga dengan menghapus bea masuk kedelai impor yang semula 5 persen, membantu perajin dan koperasi tahu-tempe dengan kredit usaha rakyat, serta meningkatkan produksi pertanian. ”Kenaikan memang terjadi karena harga dunia memang naik,” kata Mari.
Penduduk Indonesia tergolong memiliki ketergantungan tinggi terhadap kedelai. Sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi berbagai penganan yang berasal dari kedelai seperti tempe, tahu, dan kecap.
No comments:
Post a Comment