Menurut Direktur Utama PT Timah (Persero) Wachid Usman dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (7/2) di Jakarta, kenaikan harga timah ini mendongkrak laba perseroan itu. Laba bersih PT Timah tahun 2010 sebesar Rp 802,44 miliar atau meningkat 256 persen dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar Rp 313,75 miliar.
Lembaga Riset Timah Internasional memperkirakan, harga timah terus naik sampai tahun 2014. Untuk tahun ini, Wachid memperkirakan, harga timah 25.000 dollar AS-30.000 dollar AS per metrik ton, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2010 yang rata-rata 19.500 dollar AS per ton.
”Harga timah mulai bergerak naik sejak Juli 2009 hingga mencapai harga tertinggi pada Oktober 2010,” kata dia. Hal itu dipicu peningkatan konsumsi timah dunia hingga 15 persen dibandingkan dengan tahun 2009.
Produksi timah turun
Sementara itu, produksi timah dunia turun dibandingkan dengan tahun 2009 akibat persoalan lingkungan di Afrika. Stok logam timah di London Metal Exchange pada akhir 2010 menurun cukup signifikan. ”Kenaikan harga timah tergantung keseimbangan suplai-permintaan dan situasi di negara produsen,” katanya.
Meski harga timah naik, volume produksi dan ekspor timah Indonesia justru menurun. Pada tahun 2010 volume ekspor timah 80.189 ton. Sebanyak 40.302 ton di antaranya dari PT Timah. Hal itu berarti ada penurunan dibandingkan dengan volume ekspor timah tahun 2009 yang sebesar 101.508 ton.
Penurunan produksi itu, menurut Wachid, disebabkan masih banyak kegiatan penambangan timah ilegal yang belum dapat ditertibkan. Selain itu, kolektor yang memperdagangkan bijih timah secara ilegal juga terus beroperasi dan semakin agresif ketika harga timah melejit.
Menurut Ketua Komisi VII DPR Teuku Riefky Harsa, masalah pertambangan timah ilegal dan kolektor bijih timah harus diatasi secara serius dengan melibatkan instansi terkait. Hal itu untuk mengamankan wilayah izin usaha pertambangan dan meningkatkan produksi timah
No comments:
Post a Comment