Direktorat Jenderal Perkeretaapian, sebagai pemilik prasarana jalan rel, pun dituding tidak menjaga aset tanahnya. Padahal, sulit membebaskan lahan jika ingin kembali membangun rel.
”Makin banyak penyerobotan lahan transportasi massal bagi jalan. Di Surabaya, hampir ada jalur trem yang hendak ’digusur’ dengan pembangunan fondasi jalan layang,” kata Ketua Forum Perkeretaapian MTI, Djoko Setijowarno, Jumat (18/2) di Jakarta, dalam jumpa pers MTI.
Beruntung, Daerah Operasi VIII PT Kereta Api Indonesia, kata Djoko, menghentikan pembangunan itu. ”Jika tak dihalangi, hal itu akan mengganggu rencana PT KAI jika ingin membangun lagi trem. Apalagi, di Surabaya-lah, trem pertama di Indonesia dibangun,” ujar dia.
Ketua Umum Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) Aditya Dwi Laksana mengingatkan, panjang rel terus menyusut dari 8.900 kilometer menjadi kini 4.700 kilometer. ”Bagaimana komitmen pemerintah terhadap kereta? Pembangunan jalan, hanya mengatasi kemacetan sesaat,” kata dia.
Djoko mengingatkan, pelebaran jalan Yogyakarta-Muntilan-Magelang telah menggusur lahan rel. Demikian pula, ruas antara Semarang-Demak. Pengurus IRPS Anzikriadi mengatakan, komitmen Pemerintah Indonesia memang rendah. ”Target China, misalnya, membangun rel baru 1.000 kilometer per tahun,” ujar dia. Amerika, yang negara maju, kata Anzikriadi, baru menginvestasikan Rp 300 triliun untuk membangun rel.
No comments:
Post a Comment