Thursday, February 24, 2011

Perkebunan Jeruk Keprok Gayo Gagal Total

Serangan hama akar batang menggagalkan panen jeruk keprok gayo milik petani di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hama itu bukan hanya membuat tanaman jeruk khas Dataran Tinggi Gayo tersebut tidak berbuah, tetapi juga menyebabkan tanaman meranggas, dan mati.

Jeruk keprok merupakan tanaman hortikultura di Kabupaten Bener Meriah yang sejak beberapa tahun terakhir menjadi primadona. Jeruk ini terkenal dengan rasanya yang manis dan ukurannya lebih besar daripada jeruk lokal lainnya. Sebelum serangan hama, volume produksi jeruk keprok di Bener Meriah 3.296 ton, dan menjadikan daerah itu sebagai penghasil jeruk keprok terbesar di Aceh.

Februari-Maret ini semestinya menjadi masa panen pertama petani jeruk keprok gayo di Kabupaten Bener Meriah. Namun, serangan hama akar batang sejak setahun lalu, dan kian parah dalam tiga bulan terakhir, membuat tanaman ini tidak berbuah.

”Jangankan panen, berbuah saja tak ada. Malah banyak pohon yang mati mengering. Sebelumnya tak pernah seperti ini,” kata Aman Murni (65), petani jeruk di Desa Tanjungpura, Kecamatan Bandar, Bener Meriah.

Sudah setahun

Menurut Aman, setahun lalu muncul noda hitam di kulit pangkal batang pada tanaman jeruknya. Noda itu membuat pangkal batang mengecil dan akar membusuk. Beberapa tanaman dalam sebulan langsung mengering.

Tanaman yang tak langsung mengering biasanya mengalami gugur daun dan sejumlah ranting mengering. Dalam keadaan daun yang kian sedikit itu, bakal buah gagal terbentuk.

”Dulu serangan hama seperti ini biasa, tetapi pohon tetap berbuah. Sekarang berbeda. Pohon diserang sampai mati dan menyebar cepat sekali,” katanya.

Desa Tanjungpura adalah sentra penghasil jeruk keprok gayo di Bener Meriah. Ada 407 petani jeruk gayo di desa itu dan kini tak satu pun yang panen. Bahkan, di sepanjang kebun jeruk terlihat tanaman jeruk yang meranggas.

Ali Sofyan (55), petani di Bandar, menanam 725 pohon jeruk di lahan seluas 1,2 hektar. Biasanya, dalam setahun dipanen dua kali, yaitu Februari-Maret dan Juli-Agustus. Sekali panen diperoleh 10 ton dengan harga Rp 15.000 per kilogram. Berarti, kerugian akibat gagal panen ini mencapai Rp 150 juta. Dia harus membabati puluhan batang pohon jeruk karena mengering.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Bener Meriah Rusman mengatakan, serangan hama akar batang terjadi merata pada semua lahan jeruk. Perubahan iklim jadi pemicunya. ”Hama pada tanaman jeruk sudah lama ada. Cuma, kondisi cuaca ini membuat hama mudah berkembang biak. Itu yang sulit diatasi,” kata dia.

Luas tanaman jeruk keprok gayo di Bener Meriah mencapai 387 hektar. Hampir semua lahan itu terserang hama.

No comments:

Post a Comment