Friday, February 25, 2011

Bisnis Properti Yang Berlaba Tinggi dan Tidak Ada Resiko

Bicara soal properti di negeri ini, banyak sekali prospek yang menjanjikan. Diyakini, industri properti akan semakin menjanjikan apabila pemerintah mau membenahi lagi sejumlah iklim investasi di sektor ini.

Sedikitnya dalam dua hari ini, ada perbincangan soal sektor properti yang prospektif ini. Intinya, bisnis properti di Indonesia itu dapat dikatakan ”high return, low risk”. Hasilnya tinggi, risikonya minim.

Hari Rabu (23/2), Sanjay Verma dari Konsultan Properti Cushman dan Wakefield di Jakarta, mengemukakan, industri properti di Asia Pasifik masih akan memegang porsi terbesar dalam pertumbuhan properti global yang tahun 2010 mencapai 582 miliar dollar AS.

Ia mengatakan, Indonesia masih menjadi daya tarik dengan Jakarta sebagai lokomotif industri properti. Harga properti di Jakarta termasuk rendah. Namun, keunggulan Jakarta itu belum mampu menyedot pertumbuhan pasar properti secara optimal.

Pengamat properti, Panangian Simanungkalit, Kamis (24/2), dalam sebuah diskusi soal peluang investasi 2011, menegaskan, investasi properti di Indonesia masih sangat menjanjikan. Keuntungan tinggi, risiko rendah. Permintaan properti di Indonesia—khususnya di wilayah perkotaan—sangat tinggi. Bakal ada ledakan properti tahun 2014.

Menurut hitung-hitungan Panangian, saat ini pemerintah hanya bisa menyediakan sebagian kebutuhan rumah bagi masyarakat. Oleh karena itu, swasta masuk ke semua segmen properti.

Di Jabodetabek saja, ada 24 juta penduduk yang akan bertambah menjadi 32 juta orang pada tahun 2020. Dengan asumsi setiap keluarga terdiri atas empat orang, dengan kebutuhan satu rumah, diperlukan 2 juta rumah selama 10 tahun mendatang.

Saat ini masih terdapat kekurangan 1 juta rumah per tahun di Jabodetabek. Selain itu, masih ada juga kebutuhan rumah akibat urbanisasi sebanyak 2 juta unit dalam 10 tahun. Dengan demikian, ada kebutuhan 1,2 juta rumah per tahun.

Apa yang diungkapkan dua pengamat properti ini jelas sebuah prospek yang menjanjikan. Hanya saja, iklim investasi belum ditunjang penuh. Ini tugas pemerintah dan semua pemangku kepentingan lainnya.

Pembebasan lahan selama ini tidak jelas. Padahal, jika sudah oke, swasta—atas bantuan pemerintah—bisa membangun infrastruktur. Kondisi ini akan mendorong pertumbuhan sektor manufaktur yang akhirnya membutuhkan perumahan.

Prospek industri properti luar biasa. Hanya, kadang semuanya ditanggapi biasa-biasa saja. Sayang amat.

No comments:

Post a Comment