Hal ini disampaikan Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang Eko Sunarko dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (11/2). Kegiatan ini juga dalam rangka sosialisasi program restrukturisasi 2010, dengan hasil pergantian nama menjadi PT Pusri Palembang dan pembentukan sebuah perusahaan induk (holding) dengan nama yang masih dikaji.
Eko mengatakan, saat ini PT Pusri Palembang memiliki empat pabrik. Tiga bangunan di antaranya berusia 31 tahun. Konsekuensinya terjadi pemborosan bahan baku dan stagnasi volume produksi.
Oleh karena itu, revitalisasi pabrik menjadi kebutuhan mendesak. Selain untuk meningkatkan kinerja, alasan lain adalah juga terkait dengan keinginan meringankan beban keuangan pemerintah. ”Asumsinya, kalau pabrik boros bahan baku, biaya produksi jadi tinggi. Konsekuensinya, dana yang ditanggung pemerintah ikut tinggi. Kami sudah bertekad revitalisasi dimulai tahun 2011 ” kata Eko.
Hambatan distribusi
Selain itu, upaya penyelesaian masalah distribusi akibat pendangkalan Sungai Musi juga dilakukan dengan menyiapkan moda transportasi baru. Direktur Komersial Pusri Palembang Hilman Taufik menambahkan, alternatif moda yang dipilih ialah kapal batch atau sejenis tongkang. Kelebihannya, moda ini tetap bisa berlayar di sungai dangkal sedalam empat meter.
Kondisi pendangkalan selama ini membuat pengiriman pupuk urea tidak bisa maksimal karena ada kapasitas tak terangkut (idle capacity) sebesar 3.500 ton.
Pusri juga terus mencari solusi atas ketidakpastian bahan baku, antara lain melirik batu bara sebagai alternatif bahan baku pengganti gas alam.
No comments:
Post a Comment