Monday, February 7, 2011

Pupuk Organik Bersubsidi Minim Peminat

Produsen menilai tidak maksimalnya penyerapan pupuk organik bersubsidi selama empat tahun terakhir disebabkan oleh faktor kenaikan harga jual, kebiasaan petani yang sulit diubah, dan minimnya upaya promosi.

Oleh karena itu, upaya pembenahan sedang dilakukan, antara lain dengan menerapkan sistem pemasaran terpadu. Selain itu, kualitas produk juga ditingkatkan agar rencana produksi 2011 sebanyak 900.000 ton bisa terserap maksimal.

Menurut Direktur Utama PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Persero Arifin Tasrif di Jakarta, Senin (7/2), sejak pemerintah mengalokasikan dana subsidi untuk pupuk organik pada 2007, sebenarnya sudah terjadi peningkatan penyerapan setiap tahun.

”Setiap tahun grafik volume penyerapannya selalu naik meski tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan kuota subsidi. Namun, setidaknya hal ini merupakan modal dasar bagi kami untuk terus membenahi terutama dalam hal pemasaran dan peningkatan kualitas produk,” kata Arifin.

Berdasarkan data PT Pusri, peningkatan penyerapan tertinggi terjadi pada 2009, yakni menjadi sebesar 230.000 ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 90.000 ton. Selama tahun 2010, realisasi penyerapan pupuk organik menurun, yakni menjadi 211.000 ton dari total kuota subsidi sebanyak 600.000 ton.

Sejumlah penyebab

Arifin menjelaskan, sejumlah faktor yang menyebabkan turunnya realisasi penyerapan pada tahun 2010 antara lain kenaikan harga jual dari Rp 500 per kilogram (2009) menjadi Rp 700 per kilogram (2010) dan kurangnya dukungan pihak terkait dalam hal pemasaran dan promosi. Namun, dari dua penyebab itu, ada satu faktor penghambat lagi terkait soal rendahnya kesadaran petani menggunakan pupuk organik.

”Hal ini sangat berkaitan dengan sulitnya mengubah kebiasaan petani dari berorientasi urea ke berorientasi organik. Inilah tantangan yang harus dicarikan jalan keluar oleh pihak-pihak terkait,” kata Arifin.

Berkaca dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, Arifin menambahkan, PT Pusri akan membenahi sejumlah lini selama 2011. Tujuannya agar kuota subsidi sebesar 900.000 ton bisa diserap maksimal oleh petani.

Perubahan penting

Sejumlah perubahan penting yang sedang diterapkan saat ini adalah peningkatan kualitas produk dan penerapan strategi produksi-pemasaran secara terpadu. Mengenai perubahan strategi ini, Arifin menjelaskan, sistem produksi pupuk organik akan dilakukan dengan menerapkan pola kemitraan.

Setelah itu, pupuk organik juga akan dipasarkan secara terpadu oleh anak-anak perusahaan yang menjadi anggota grup produsen pupuk.

”Jadi, intinya ada 200 perusahaan yang akan menjadi mitra dalam memproduksi pupuk organik. Ke-200 mitra ini memiliki kapasitas produksi maksimal 1,5 juta ton. Namun, alokasi subsidi pada 2011 ini hanya sebesar 900.000 ton. Dengan demikian, asumsinya bakal ada kelebihan produksi sekitar 600.000 ton pada tahun ini,” katanya.

Dari sisi pemasaran, semua anak perusahaan diberi keleluasaan mengemas pupuk organik. Maka, akan muncul beragam merek baru, misalnya organik Pusri atau organik Kujang.

Revitalisasi pabrik

Sebelumnya, Manajer Hubungan Masyarakat PT Pusri Zain Ismed juga menjelaskan soal rencana revitalisasi pabrik pupuk. Menurut dia, revitalisasi pabrik ini sudah mendesak dilakukan karena ada stagnasi produksi dari 1994 hingga sekarang, yang hanya mencapai 2,1 juta ton urea per tahun.

”Revitalisasi dilakukan bertahap, yang dimulai dengan pembangunan pabrik baru Pusri IIB menggantikan Pusri II,” kata Zain Ismed

No comments:

Post a Comment