Friday, February 18, 2011

Petani Mulai Berutang Karena Gagal Panen

Kuwat Prawiro (55), petani Desa Gebangsari, Kecamatan Tambak, Jumat (18/2), mengaku, telah berutang sebanyak Rp 1,5 juta dari pengusaha penggilingan padi setempat sebagai modal bertanam musim selanjutnya.

”Hasil panenan bahkan tidak cukup menutup modal awal tanam. Terpaksa, saya mengutang meskipun dengan bunga cukup tinggi,” ujarnya.

Pada masa panen rendeng kali ini, hasil panen padi sebanyak 5 kuintal dari 1.000 meter persegi sawah miliknya, Kuwat hanya mendapat Rp 2 juta. Rata-rata, gabah kering panen dibeli tengkulak seharga Rp 2.500 per kg.

Pendapatan Kuwat tidak menutup modal tanam sebanyak Rp 2,5 juta yang digunakan membeli bibit padi, pestisida, pupuk, sewa traktor, dan pemeliharaan tanaman yang terserang hama wereng batang coklat. Dia dan sesama petani lain di Desa Gebangsari juga patungan hingga Rp 1,5 juta untuk membasmi hama tikus pertengahan Januari lalu.

Ahmad Mubarok (61), petani di Desa Notog, Kecamatan Patikraja, juga berutang Rp 1 juta kepada tengkulak beras di desanya dengan bunga 10 persen per bulan. Ia tidak punya pilihan lain karena penghasilannya pada musim panen ini tidak seperti yang diharapkan.

”Tahun lalu, saya dapat memanen hingga 12 kuintal gabah pada musim tanam rendeng. Awalnya, saya senang karena curah hujan tinggi. Tapi, meskipun sering hujan, cuaca cenderung lembab. Akhirnya, banyak penyakit menyerang. Selain itu, hasil panen tidak sebaik tahun lalu. Itu yang dijadikan acuan tengkulak membeli gabah dengan harga murah,” keluhnya.

Murtono, Ketua Kelompok Tani Subur Tani Utama, Desa Jetis, Kecamatan Kemangkon, Banyumas, menuturkan, para petani memang sering terjerat utang kepada tengkulak ketika membutuhkan modal untuk memulai masa tanam. Untuk itu, dia berharap pemerintah merealisasikan kredit khusus bagi petani dengan mekanisme yang lebih lunak.

Sementara itu, Kamali (63), petani di Kelurahan Kalinyamat Kulon, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, Jawa Tengah, mengatakan, akibat hujan terus-menerus, tanaman padi mudah terserang hama wereng.

Walim (42), petani di Desa Sidapurna, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, mengatakan, tahun lalu, petani bisa menjual gabah dengan harga mahal karena tanaman tidak terserang hama. Namun, tahun ini, harga murah karena tanaman banyak terserang hama. Meskipun demikian, petani tetap harus segera menjual gabah hasil panen karena membutuhkan modal untuk musim tanam berikutnya.

Tidak serta-merta impor

Meskipun ada laporan kegagalan panen, pemerintah tidak serta-merta memutuskan untuk mendorong kenaikan impor beras. Hal itu karena kegagalan panen tidak terjadi di seluruh pusat perberasan.

”Jangan dulu diasumsikan bahwa seluruhnya (gagal panen). Itu (kegagalan panen) baru dugaan sementara di beberapa tempat yang panen itu. Makanya, saya akan tanya Mentan soal berita itu,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta.

Di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Dinas Pertanian akan menyiapkan benih sebar yang berasal dari indukan varietas baru padi yang tahan hama wereng coklat.

No comments:

Post a Comment