Pembelian itu antara lain melalui PT Mandiri Sekuritas dan PT Danareksa Sekuritas, PT CLSA Indonesia, PT Deutsche Securities Indonesia, dan PT Merrill Lynch Indonesia. Total saham yang dieksekusi mencapai 1,6 miliar saham dengan harga Rp 5.250 per saham.
Istilah rights issue di Indonesia dikenal dengan istilah hak memesan efek terlebih dahulu, yang merupakan pengeluaran saham baru untuk menambah modal perusahaan.
Pemerintah, yang sebelumnya memiliki kepemilikan 66,73 persen saham di Bank Mandiri, memilih tidak menggunakan hak memesan efek terlebih dahulu itu. Maka, pasca-penawaran saham terbatas, kepemilikan pemerintah turun menjadi 60 persen, sedangkan publik 40 persen. Dari total perdagangan saham terbatas Senin lalu itu, pemerintah diperkirakan meraup dana Rp 419 miliar.
Salah satu investor yang membeli saham terbatas Bank Mandiri adalah PT Jamsostek. Direktur Keuangan dan Investasi PT Jamsostek Elvyn G Masassya mengatakan, Jamsostek membeli saham BMRI, baik yang tergolong dalam rights issue atau exercise rights yang sahamnya sudah dimiliki sebelumnya. ”Total pembelian, termasuk yang exercise rights, senilai Rp 900 miliar,” kata Elvyn.
Pengamat pasar modal Yanuar Rizky menyatakan, transaksi terkait saham terbatas Bank Mandiri ini harus dilihat secara kritis. Dalam jangka panjang, konteks penerbitan saham itu dengan latar belakang investornya dapat memengaruhi daya saing industri perbankan nasional terhadap asing. Hal itu terutama dikaitkan dengan rencana berlakunya Komunitas ASEAN, termasuk di bidang keuangan dan perbankan, mulai tahun 2014.
Bank Mandiri kembali tercatat sebagai bank umum dengan total aset terbesar, yakni Rp 410,619 triliun. Pangsa aset bank ini terhadap keseluruhan aset bank umum sebesar 13,65 persen. Demikian Data Statistik Perbankan Indonesia per Desember 2010 yang diterbitkan BI, Senin lalu.
No comments:
Post a Comment