Sunday, February 20, 2011

Inflasi Dapat Tumbuh 0.7 Persen Akibat Kenaikan BBM

Pembatasan subsidi BBM yang diberlakukan April akan menyumbang inflasi hingga 0,7 persen. Hal itu dikhawatirkan membuat target inflasi 2011 yang dipatok maksimal 6 persen sulit tercapai. Kondisi tersebut masih ditambah dengan harga komoditas yang tinggi.

Hal itu dikemukakan Ketua Tim Tinjauan Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Endy Dwi Tjahyono dalam lokakarya ”Memperkuat Stabilitas Moneter dan Sistem Keuangan” di Padalarang, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (19/2). Asumsi tekanan inflasi tersebut diperoleh jika pembatasan subsidi bahan bakar minyak (BBM) diberlakukan serentak di Jawa dan Bali, dengan harga pertamax Rp 8.000 per liter.

Sebagai catatan, pada Januari lalu Badan Pusat Statistik mencatat inflasi mencapai 0,89 persen (lihat tabel).

Menurut dia, bobot sumbangan BBM terhadap inflasi sebesar 3 persen. Dengan ketentuan tersebut, jika masyarakat beralih menggunakan pertamax, pembayaran akan naik sekitar 77 persen. Sekitar 23 persen kendaraan diperkirakan harus beralih ke pertamax. Dengan asumsi tersebut, BI memprediksi tambahan inflasi akibat pembatasan subsidi BBM mencapai 0,7 persen.

”Itu baru kalau harga pertamax Rp 8.000 per liter. Padahal, faktanya harga pertamax terus naik. Jika harganya menyentuh level Rp 8.500 per liter, tambahan inflasinya bisa ikut naik menjadi 0,81 persen. Perhitungan tersebut juga belum memasukkan dampak ikutan dari pembatasan subsidi BBM,” ujarnya.

Suhaedi, Peneliti Utama Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI, mengatakan, agar inflasi terkendali, BI dan pemerintah harus berkoordinasi secara intensif untuk mengambil langkah-langkah yang tepat.

”BI hanya bisa mengintervensi inflasi inti yang bersumber dari moneter, sedangkan inflasi dari pengaruh administered prices dan harga pangan yang volatil berada di wilayah pemerintah,” katanya.

Terkait dengan inflasi inti, sepanjang Januari angkanya masih di bawah proyeksi, yakni 4,18 persen. Tahun ini BI memproyeksikan inflasi inti sebesar 5 persen.

”Koordinasi BI dan pemerintah dalam wadah tim pengendali inflasi juga dilaksanakan di 53 daerah. Target kami 66 tim pengendali inflasi di daerah,” ujarnya.

Meski inflasi sepanjang tahun 2011 diperkirakan masih tinggi, sejumlah bank dalam rencana bisnisnya optimistis bisa mencapai pertumbuhan kredit maksimal.

”Dari laporan rencana bisnis seluruh bank yang sudah masuk ke kami, pertumbuhan kredit secara keseluruhan tahun 2011 diperkirakan mencapai 24 persen. Target tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan kredit tahun 2010 yang tercatat sebesar 23,6 persen,” kata Deputi Gubernur BI Muliaman D Hadad.

Secara terpisah, Chief Financial Officer dan Direktur Bank Danamon Vera Eve Lim mengatakan, pihaknya memproyeksikan pertumbuhan kredit sebesar 20 persen.

Menurut dia, Danamon tidak terlalu khawatir akan dampak inflasi bagi pertumbuhan kredit.

”Kita sudah terbiasa dengan inflasi tinggi. Jadi, hal itu bukan barang baru. Harus diingat pula peningkatan inflasi diikuti dengan membaiknya harga komoditas,” tuturnya.

Menurut pengamat ekonomi dari Universitas Gadjah Mada, Revrisond Baswier, inflasi menjadi risiko yang harus dibayar pemerintah atas kebijakan pembatasan subsidi BBM.

Menurut dia, dampak ikutan dari kebijakan tersebut akan meluas tidak hanya pada sektor transportasi, tetapi juga produksi secara keseluruhan.

”Tidak ada solusi untuk meredam inflasi. Yang menjadi persoalan adalah rakyat kecil yang harus menanggung beban hidup semakin berat,” katanya

No comments:

Post a Comment