Friday, February 11, 2011

Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah Naik 45 Persen

Aset perbankan syariah di Indonesia menembus Rp 100,26 triliun per Desember 2010. Jumlah itu terdiri atas aset bank umum syariah dan unit usaha syariah sebesar Rp 97,52 triliun serta aset bank perkreditan rakyat sebesar Rp 2,74 triliun.

Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia Mulya E Siregar memaparkan, aset tumbuh 47 persen dibandingkan dengan tahun 2009. ”Pertumbuhan tahun 2011 diperkirakan masih tinggi. Perkiraan moderat, aset akan tumbuh 45 persen,” kata Mulya di Gedung BI, Jakarta, Jumat (11/2).

Berdasarkan skenario optimistis, pertumbuhan aset perbankan syariah diperkirakan 55 persen. Perkiraan pesimistis, aset akan tumbuh 35 persen tahun ini. ”Bank syariah yang saat ini pangsa pasarnya 3,28 persen akan bersaing dengan bank konvensional dalam pengumpulan dan penyaluran dana,” ujar dia.

Untuk memperkuat perbankan syariah di Indonesia, BI segera bergabung dengan International Islamic Liquidity Management (IILM) yang beranggotakan 12 bank sentral negara yang memiliki perbankan syariah. Dewan Perwakilan Rakyat sudah menyetujui penempatan dana penyertaan BI di IILM sebesar 5 juta dollar AS. Keikutsertaan ini untuk mengantisipasi kesulitan likuiditas valuta asing.

Per Desember 2010, bank umum syariah dan unit usaha syariah menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 76,036 triliun. Bank pembiayaan rakyat syariah menghimpun DPK sebesar Rp 1,603 triliun.

Kemarin, Grace Stuart Ndyareeba, Deputy Director Commercial Banking Bank of Uganda, dan Titus W Mulindwa, Deputy Legal Counsel Bank of Uganda, menyampaikan rencana pembentukan bank syariah di Uganda. Mereka datang ke BI untuk mempelajari perbankan syariah.

Grace menjelaskan, salah satu alasan bank syariah direncanakan didirikan di Uganda ialah permintaan masyarakat. Saat ini peraturan sedang dibahas, yang diharapkan tuntas pada tahun 2012. ”Nantinya, bank syariah bukan hanya bank untuk orang Muslim,” ujar Grace.

No comments:

Post a Comment