Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, total produksi udang nasional tahun 2010 berkisar 352.000 ton atau turun dari target semula 410.000 ton. Volume ekspor berkisar 144.410 ton atau turun 4,36 persen, dengan nilai ekspor 1,03 miliar dollar AS.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengelolaan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia Thomas Dharmawan di Jakarta, Minggu (13/2), mengemukakan, merosotnya produksi telah memukul daya saing industri pengolahan. Kebutuhan bahan baku industri pengolahan udang per tahun rata-rata 568.000 ton. Namun, utilitas pabrik tahun 2010 hanya 150.000 ton atau 26,5 persen. Sepanjang 2010, terdapat tiga unit pengolahan udang yang berhenti beroperasi akibat kesulitan bahan baku sehingga memberhentikan 6.000 karyawan.
Ketua Shrimp Club Indonesia Iwan Sutanto mengakui, penurunan produksi dipicu serangan penyakit udang sejak tahun 2009 yang belum pulih, penurunan daya dukung lingkungan, dan gangguan cuaca. Anjloknya produksi udang itu telah mendongkrak harga udang, bahkan kini tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
Sebagai ilustrasi, harga udang ukuran 55 ekor per kilogram saat ini Rp 55.000 per kilogram, naik dari yang biasanya Rp 40.000 per kilogram. Harga udang ukuran 40 ekor per kilogram mencapai Rp 60.000 per kilogram, naik dari yang biasanya Rp 45.000 per kilogram.
Ketua Asosiasi Produsen Pakan Indonesia Divisi Akuakultur Denny Indradjaja mengemukakan, kenaikan harga pakan per Januari 2011 rata-rata sudah mencapai Rp 508 per kilogram.
Harga bahan baku yang naik antara lain tepung ikan, dedak, tepung terigu untuk pakan, dan tepung kedelai.
Impor tepung ikan untuk udang mencapai 90 persen dan total impor tepung ikan tahun ini diperkirakan mencapai 80.000 ton. Produksi tepung ikan lokal menurun karena sulit memperoleh bahan baku lokal berupa ikan lemuru akibat cuaca buruk perairan.
Thomas Dharmawan mengemukakan, upaya membangkitkan industri udang harus ditopang oleh terobosan berupa penyediaan benih unggulan yang tahan penyakit dan perubahan iklim, revitalisasi tambak, pakan, serta permodalan dan keringanan suku bunga.
Denny Indradjaja menambahkan, sebetulnya ada beberapa bahan baku pakan alternatif yang bisa dikembangkan, yaitu bungkil kelapa sawit, bungkil kopra, tepung daun lamtoro, tepung cacing, tepung bulu, silase ikan, sorgum, larva serangga buah, dan biji karet.
No comments:
Post a Comment