Monday, January 5, 2015

Bank Indonesia : Inflasi 2015 Diprediksi 4-5 Persen

Bank Indonesia (BI) memprediksi inflasi 2015 bakal berada pada kisaran 4-5 persen karena pencabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium bakal menambah ruang fiskal hingga Rp 240 triliun dan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan pemerintah sedang mengelola sektor energi dengan serius. Dia menyatakan tren turunnya harga minyak dunia turut membantu momentum pencabutan subsidi.

“Namun tentunya bakal ada dampak dari penyesuaian harga gas elpiji dan listrik. Meski begitu, secara umum kami masih yakin bakal berada di kisaran 4 persen, plus minus 1 persen,” katanya di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (2/1).

Terkait kinerja ekspor-impor Indonesia, Agus menilai neraca perdagangan Indonesia bakal sedikit tertekan pada Desember 2014. “Namun secara umum kita harapkan akan menjadi lebih baik karena kebijakan yang diambil pemerintah pada November dan Desember 2014,” ujarnya.

Sebelumnya proyeksi inflasi Indonesia pada 2015 dalam Survei Proyeksi Indikator Makro Ekonomi (SPIME) kuartal II 2014 yang dilakukan BI berada di kisaran 6,47 persen.

Jumlah itu lebih tinggi dari proyeksi survei kuartal sebelumnya yang berada di level 5,67 persen. Alasannya, penaikan harga BBM pada awal pemerintahan Jokowi dan penyesuaian tarif listrik dinilai bakal mendongkrak inflasi 2015.

Sementara Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro sendiri memastikan pemerintah akan merombak postur Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2015 rancangan kabinet Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mayoritas asumsi makroekonomi yang menjadi dasar pengelolaan anggaran akan diubah, kecuali target pertumbuhan ekonomi yang tetap dipertahankan 5,8 persen.

Indikator ekonomi yang mengalami penyesuaian proyeksi antara lain inflasi, yang dinaikan menjadi 5 persen dari 4,4 persen. Kemudian kurs berubah dari Rp 11.900 per dolar AS menjadi Rp 12.200 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Target pemerintah mulai 2015 itu adalah 4 plus/minus 1 persen. Jadi kami ambil batas atas 5 persen," ujar Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro di Istana Kepresidenan beberapa waktu lalu.

Bambang menjelaskan perkiraan inflasi yang lebih tinggi pada tahun depan karena mempertimbangkan dampak kenaikan harga-harga barang yang diatur oleh pemerintah (administered price). Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan tarif tenaga listrik (TTL) merupakan sejumlah bentuk intervensi pemerintah terhadap harga barang.

"Kalau tidak ada kebijakan administered price pasti rendah karena memang dasar inflasi kita itu di bawah 5 persen. Sebenernya hanya tinggi kalau ada adminstered price saja," tuturnya.

No comments:

Post a Comment