Nilai tukar Rupiah diperkirakan melanjutkan pelemahannya di kisaran Rp 12.565-12.485 per dolar AS dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada pekan depan, karena neraca perdagangan Indonesia yang masih defisit
Head of Research PT Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan dari sisi eksternal, kembali menguatnya dolar AS yang juga membuat Euro melemah adalah efek dari langkah bank sentral Eropa yang akan mengeluarkan kebijakan stimulus karena pelemahan ekonomi.
“Sementara berita kembali defisitnya neraca perdagangan Indonesia karena nilai ekspor dan impor November 2014 mengalami penurunan dan lonjakan inflasi Desember 2014 menjadi sentimen negatif yang melemahkan nilai tukar Rupiah,” ujarnya dalam surat elektronik, Sabtu (3/1).
Pada pekan ini, laju nilai tukar Rupiah terlihat mampu berbalik positif. Bahkan berhasil melampaui perkiraan terkait dolar AS yang masih menunjukkan penguatannya seiring dengan maraknya sentimen pemulihan ekonomi AS.
“Masih adanya imbas dari rilis data-data ekonomi AS yang kian naik membuat sentimen negatif masih akan menyelimuti sehingga waspadai potensi pelemahan lanjutan. Kebetulan juga penguatan ini terjadi seiring berita akan diumumkannya kebijakan baru pemerintah terhadap harga bahan bakar minyak (BBM),” kata Reza.
Reza menilai laju nilai tukar Rupiah menutup 2014 di zona positif, meski jika dihitung secara tahunan tercatat melemah dari akhir 2013 yang berada pada posisi 12.217-12.140 per dolar AS. Adapun pada akhir 2014 Rupiah bertengger di posisi 12.494-12.409 per dolar AS.
No comments:
Post a Comment