Tuesday, May 5, 2015

Analisa : Mampukah Belanja Pemerintah Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memprediksi pertumbuhan ekonomi di bawah 5 persen pada kuartal pertama 2015. Bambang berharap angka pertumbuhan naik pada kuartal kedua. Bambang menilai pertumbuhan bisa merangkak naik karena belanja pemerintah yang mulai menggeliat. “Semoga ada multiplier effect dari belanja pemerintah, khususnya infrastruktur,” kata Bambang di kantornya di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis, 30 April 2015.

Ekonom Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, punya pandangan lain. Lesunya konsumsi rumah tangga yang terlihat dari merosotnya impor barang konsumsi menekan pertumbuhan. Belanja pemerintah juga belum bisa diharapkan menyundul pertumbuhan. Cara untuk mendongkrak pertumbuhan adalah meningkatkan kinerja investasi.

Hitungan Lana, kontribusi investasi terhadap pertumbuhan mencapai 28 persen, tertinggi kedua setelah konsumsi rumah tangga. Lana memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama sebesar 4,9-5 persen.  Adapun ekonom Bank Central Asia, David Sumual, memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama berkisar 4,8-5 persen. Prediksinya didasari atas lemahnya belanja pemerintah dan konsumsi masyarakat pada kuartal pertama. “Tercermin dari indikasi pendapatan perusahaan terbuka di bursa, rata-rata menurun,” ujarnya.

Begitu juga dengan ekonom Bank Rakyat Indonesia, Anggito Abimanyu, yang memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama akan di bawah 5 persen. Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi melambat hanya pada level 4,9-5 persen. Anggito menilai kondisi ekonomi makro cukup baik dan nilai tukar rupiah masih sesuai dengan kondisi fundamentalnya.

Berbeda dengan Lana, Anggito pesimistis pertumbuhan bisa didorong lewat investasi. Alasannya, terjadi kredit investasi baru mencapai 12 persen. Padahal, pada periode yang sama 2014, kredit investasi mencapai 35 persen. Lesunya investasi juga terindikasi dari turunnya impor barang modal.

Berkebalikan dengan Lana, Anggito menilai pertumbuhan ekonomi masih bisa ditopang belanja pemerintah. Peluang itu bisa diwujudkan karena belanja pemerintah masih naik tipis dari Rp 10 triliun pada kuartal pertama 2014 menjadi Rp 14 triliun pada kuartal pertama 2015.

Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2015 sebesar 4,71 persen. Angka ini turun 0,5 persen dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,21 persen. “Jika dibandingkan dengan kuartal IV 2014, angka pertumbuhan ekonomi turun 0,18 persen,” kata Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Selasa, 5 Mei 2015.

Suryamin menyebutkan setidaknya tiga penyebab utama perlambatan ekonomi pada kuartal I 2015 ini. Faktor pertama adalah perlambatan ekonomi yang juga dialami negara mitra dagang utama Indonesia. Ia mengatakan Cina pun mengoreksi pertumbuhan ekonominya dari 7,4 menjadi 7,0 persen. Begitu juga dengan Singapura yang mengoreksi pertumbuhan ekonominya dari 4,9 menjadi 2,1 persen. “Tentu ini berpengaruh pada kinerja perdagangan kita,” kata dia.

Faktor kedua adalah melemahnya harga minyak dunia yang dinilai juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Terakhir, kata Suryamin, penyebab melambatnya ekonomi nasional adalah kinerja ekspor dan impor yang turun pada kuartal I 2015. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan melambatnya pertumbuhan kuartal I 2015 dapat mengerek turun pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun. Pertumbuhan ekonomi bisa mengarah ke batas bawah kisaran 5,4-5,8 persen.

Pencapaian tingkat pertumbuhan ini akan dipengaruhi seberapa besar dan cepat realisasi berbagai proyek infrastruktur yang direncanakan pemerintah. “Selain itu konsumsi harus dijaga tetap kuat dan perbaikan eskpor yang gradual,” kata dia dalam keterangan tertulis, Selasa, 5 Mei 2015. Tirta menambahkan, pelemahan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 terutama didorong melemahnya kinerja beberapa komponen permintaan domestik. Seperti konsumsi lembaga nonprofit, konsumsi pemerintah, dan investasi pada sektor bangunan.

Pelemahan pada konsumsi pemerintah terjadi akibat belum optimalnya penyerapan belanja. Terutama terkait dengan APBN-P 2015 yang baru disahkan dan belum terealisasinya belanja pada sepuluh kementerian dan lembaga yang baru. "Penurunan yang terjadi pada pertumbuhan konsumsi lembaga nonprofit terutama akibat lebih rendahnya belanja pada periode ini dibandingkan periode sama tahun lalu yang sangat besar dengan adanya belanja pemilu (base effect)," katanya.

Pada investasi bangunan, pelemahan diakibatkan oleh masih adanya sikap wait and seesektor swasta dan masih belum berjalannya proyek-proyek pemerintah. Di sisi eksternal, kinerja ekspor juga menurun sejalan dengan masih lemahnya permintaan dan turunnya harga komoditas dunia. Sementara itu, pertumbuhan impor mengalami penurunan cukup dalam sejalan dengan melemahnya perkembangan permintaan domestik.

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan mulai kembali meningkat pada triwulan II 2015. Pengeluaran pemerintah diprediksi akan meningkat mulai triwulan II 2015 dan seterusnya sehingga menjadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi. Menurut Tirta, pertumbuhan investasi diperkirakan meningkat pada triwulan II-2015 dan triwulan-triwulan berikutnya seiring dengan semakin meningkatnya belanja modal pemerintah pada proyek-proyek infrastruktur. Hal ini sejalan dengan pemantauan kemajuan tahapan konstruksi dari berbagai proyek infrastruktur yang ada.

Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015 sebesar 4,71 persen dibandingkan periode sama tahun lalu 5,21 persen. Jika dibandingkan dengan kuartal IV, 2014, angka pertumbuhan ekonomi turun 0,18 persen.

Setidaknya ada tiga penyebab utama melambatnya ekonomi triwulan I 2015. Kepala Badan Pusat Stastistik Suryamin mengatakan negara mitra dagang utama Indonesia juga mengalami perlambatan ekonomi. Cina mengoreksi pertumbuhan ekonominya dari 7,4 menjadi 7,0 persen. Begitu juga dengan Singapura yang mengoreksi pertumbuhan ekonominya dari 4,9 menjadi 2,1 persen.

Selain itu, masih melemahnya harga minyak dunia juga masih berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Penyebab terakhir melambatnya ekonomi adalah kinerja ekspor dan impor yang turun pada kuartal I 2015 jika dibandingkan dengan 2014.

No comments:

Post a Comment