Thursday, May 7, 2015

Batu Akik Red Borneo Sedang Trend

Masyarakat Indonesia kini tengah dilanda demam batu akik. Tak hanya kaum adam, para hawa pun mendadak kini menjadi penyuka akik. Tak peduli dengan banderol harga jutaan hingga miliaran rupiah, mereka terus memburu batu-batu alam multi corak dan warna ini.

Susi Intansari, 42 tahun, matanya tak berkedip saat memandang batu-batu warna merah pucat di hadapannya. Batu cantik dengan corak hitam ini memiliki diameter yang beragam dari 1 hingga 2,5 sentimeter. "Ini Red Borneo, kan?" tanyanya kepada perempuan penjaga anjungan Kalimantan Selatan itu di pameran perhiasan internasional di JCC, Kamis 7 Mei 2015.

Penjaga toko yang mengaku bernama Eni, mengiyakan. Sebuah cincin bermata batu serupa tersemat di jari manis tangan kirinya. Susi langsung menunjuk cincin itu dan menanyakan harganya. Rupanya, ia harus merogoh kocek sebesar Rp 750 ribu untuk mendapatkan hiasan jari tersebut.

"Sekarang lagi booming batu ini," kata Eni saat Tempo bertanya soal dagangannya itu. Red Borneo, atau juga dikenal sebagai bacan merah, adalah jenis batu alam yang hanya ditemukan di satu tempat di dunia, yaitu Pulau Kalimantan. Dari situ pula namanya berasal.

Eni, yang juga merupakan seorang gemologist di Kalimantan sana, mengatakan Red Borneo merupakan jenis rhinestone. Warnanya yang merah dan cenderung feminin membuatnya tak hanya digilai pria, tetapi juga kaum hawa. "Saya juga suka karena warnanya lembut dan feminin," kata Susi, meski ia mengurungkan niatnya membeli Red Borneo.

Meski sudah ditemukan sejak lima tahun lalu, Eni mengatakan demam batu akik baru melanda masyarakat beberapa bulan terakhir ini saja. "Makanya baru ngetrend," kata dia. Adapun untuk batu diameter 1-2,5 cm, dibanderol Rp 750 ribu. Untuk yang lebih besar, bisa Rp 950 ribu bahkan jutaan. Batu ini dapat diolah menjadi berbagai hiasan, tak hanya cincin.

Selain Red Borneo, gerai Eni juga menjual batu-batu lain, termasuk akik warna coklat pucat dengan motif D, qwartz bening, serta amethyst yang cantik berwarna ungu muda. Menurut dia, harga sebuah batu akan semakin naik kalau memenuhi beberapa kriteria.

"Pertama, semakin pekat warnanya, orang semakin suka. Demikian juga kalau dia semakin berat dan simetris bentuknya," kata dia. Ini sudah merupakan hukum dasar bagi seluruh pedagang batu alam, tentu di luar hukum ekonomi supply and demand.

Eni hanyalah satu di antara pedagang perhiasan di pameran perhiasan internasional. Di pameran ini ada berbagai macam batu akik, ada bacan, amethyst. Juga perhiasan permata, emas dan emas putih dalam bentuk anting, cincin, kalung maupun perhiasan etnik.

Harga pun bervariasi. Batu alam mentah berdiameter 1,5 cm dibanderol Rp 300 ribu. Namun bila sudah dipasang di cincin, harganya tentu bisa melonjak. Sebuah gelang batu alam berwarna variasi coklat tua dan muda asal Polandia, dibanderol Rp 1.170.000.

No comments:

Post a Comment