Monday, May 4, 2015

BPS : Inflasi April 2015 Sebesar 0,36 Persen dan Jawa Timur Paling Tinggi

Badan Pusat Statistik melaporkan, sepanjang April 2015, terjadi inflasi atau kenaikan rata-rata harga barang dan jasa sebesar 0,36 persen. Untuk inflasi year-on-year (tahunan), BPS melaporkan sebesar 6,79 persen.

Dari 82 kota/kabupaten di Indonesia, 72 di antaranya mengalami inflasi dan 10 lainnya terjadi deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual, yakni 1,31 persen, sementara yang terendah terjadi di Cilacap sebesar 0,02 persen. “Di Tual, harga beras naik, padahal di tempat lain turun,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin di kantornya, Senin, 4 Mei 2015.

Untuk inflasi inti pada April 2015, BPS mencatat angka 0,24 persen. Angka inflasi paling tinggi terjadi pada harga yang diatur pemerintah, yakni sebesar 1,88 persen. Suryamin menuturkan hal ini terjadi karena naiknya harga bahan bakar minyak, tarif angkutan umum, dan elpiji ukuran 12 kilogram.

Sedangkan bahan makanan malah menghambat inflasi inti atau terjadi deflasi 0,91 persen. Musababnya, padi sudah mulai dipanen dan sayur-mayur sudah menampakkan penurunan harga. Khusus untuk komponen energi pada inflasi inti, BPS mencatat angka 2,71 persen dengan andil 0,25 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat inflasi di daerah itu mencapai 0,39 persen pada April 2015. Angka itu melebihi rata-rata inflasi nasional yang hanya 0,36 persen.  Kepala BPS Jawa Timur M. Sairi Hasbullah mengatakan penyebabnya adalah kenaikan harga tiket kereta api yang mencapai 150 persen sejak awal April lalu. “Inflasi ini murni akibat kebijakan pemerintah pusat, bukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur,” ucap Sairi kepada wartawan, Senin, 4 Mei 2015.

Hampir semua kota/kabupaten indeks harga konsumen (IHK) di Jawa Timur mengalami inflasi. Kota Malang menduduki inflasi tertinggi mencapai 0,49 persen, disusul Surabaya 0,41 persen, Madiun 0,39 persen, Banyuwangi, dan Probolinggo 0,36 persen, serta Kediri 0,31 persen.

Menurut Sairi, kenaikan tiket kereta api sangat berdampak pada mata rantai IHK di seluruh daerah di Jawa Timur, karena penyebaran jalur kereta api kawasan Indonesia timur berada di Surabaya. Ini yang membuat inflasi tidak terjadi di kawasan yang ada kereta apinya, seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Papua. “Begitu juga di Jawa Timur, kota yang tidak mengalami inflasi adalah Sumenep, karena tidak ada jalur kereta api.”

Selain tiket kereta, kenaikan harga bensin juga menyumbang inflasi di Jawa Timur yang semakin tinggi dibanding bulan sebelumnya. Akibatnya, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 2,47 persen. Angkutan kota, bawang merah, tomat sayur, bawang putih, gula pasir, dan solar turut terkerek inflasi.

“Inflasi Jawa Timur sedikit tertolong dengan adanya deflasi dari barang kebutuhan pokok,” tuturnya, Bahan pokok itu di antaranya beras, karena sedang musim panen raya, cabai rawit, batu bata, tarif listrik, kentang, ponsel, minyak goreng, daging sapi, apel, dan udang basah. Meski begitu, inflasi Jawa Timur bukan yang paling tinggi, karena inflasi tertinggi pada April terjadi di Kota Serang, Banten, yakni mencapai 0,94 persen. Baru kemudian diikuti Malang 0,49 persen, Bandung 0,43 persen, dan Surabaya 0,41 persen. Sairi telah memprediksikan hal ini sejak pemerintah menetapkan kenaikan BBM dan tiket kereta api yang hampir bersamaan.

Jika saja tidak tertolong deflasi bahan pokok makanan yang mencapai - 0,20 persen, dipastikan inflasi Jawa Timur akan tertinggi secara nasional. Saat ini Jawa Timur memang sedang memasuki masa panen padi yang membuat harga beras turun drastis. Bahkan, karena harga beras murah, daya beli petani semakin turun.

Badan Pusat Statistik melaporkan, sepanjang April 2015, terjadi inflasi atau kenaikan rata-rata harga barang dan jasa sebesar 0,36 persen. Untuk inflasi year-on-year, BPS melaporkan sebesar 6,79 persen.  Dari 82 kota/kabupaten di Indonesia, 72 di antaranya terjadi inflasi dan 10 lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual, yakni 1,31 persen, sementara yang terendah terjadi di Cilacap sebesar 0,02 persen. “Di Tual, harga beras naik, padahal di tempat lain turun,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin di kantornya, Senin, 4 Mei 2015.

Berikut ini adalah faktor pendorong dan penghambat inflasi April 2015.

Pendorong:
  1. Bensin
    Andil pada inflasi sebesar 0,22 persen dengan perubahan harga 5,68 persen. Kenaikan terjadi karena menyesuaikan harga minyak mentah dunia. Meski tak terjadi kenaikan harga BBM pada April, kenaikan Premium terjadi pada 28 Maret 2015. “Ini masih berimbas pada inflasi April,” ujar Suryamin. Kenaikan harga terjadi di semua kota/kabupaten di Indonesia.
  2. Bawang merah
    Andil pada inflasi sebesar 0,06 persen dengan kenaikan harga 11,58 persen. Kenaikan harga terjadi karena kurang pasokan di 79 kota/kabupaten yang menjadi basis perhitungan indeks harga konsumen. Kenaikan tertinggi terjadi di Meulaboh, yakni 41 persen, dan di Lhokseumawe sebesar 40 persen.
  3. Tarif angkutan dalam kota
    Andil pada inflasi sebesar 0,04 persen dengan perubahan harga 2,14 persen. Kenaikan harga terjadi akibat kenaikan harga BBM yang ditetapkan oleh pemerintah. Harga naik di 18 kota/kabupaten IHK. Yang tertinggi terjadi di Tual sebesar 33 persen, berikutnya di Serang 32 persen.
  4. Bahan bakar rumah tangga
    Bahan bakar rumah tangga yang mendorong inflasi adalah kenaikan harga elpiji 12 kilogram dengan andil 0,03 persen. Kenaikan harganya sebesar 1,88 persen. Kenaikan harga per 1 April sebesar Rp 8.000 per tabung mengakibatkan kenaikan harga di 70 kota/kabupaten. Kenaikan harga tertinggi terjadi di Pare-pare sebesar 15 persen. Juga di Tanjung Pandan, Bukittinggi, dan Bandung dengan kenaikan harga masing-masing 9 persen.
  5. Tarif kereta api
    Andil pada inflasi sebesar 0,03 persen dengan kenaikan harga 20,94 persen. Berdasarkan peraturan Menteri Perhubungan, per 1 April 2015, tarif KA jarak sedang, jauh, dan KRL terjadi kenaikan di 21 kota/kabupaten IHK. Kenaikan tertinggi terjadi di Tegal sebesar 55 persen. Selain itu, di Semarang dan Jember naik 44 persen.
  6. Gula pasir
    Kenaikan harga 3,02 persen akibat menipisnya stok di pasaran. Akibatnya, kenaikan harga terjadi di 72 kota/kabupaten IHK tertinggi. Kenaikan tertinggi terjadi di Tegal sebesar 12 persen, berikutnya di Tembilahan 10 persen.
  7. Tarif angkutan udara
    Andil terhadap inflasi 0,01 persen dengan kenaikan harga 2,98 persen. Hal ini terjadi karena permintaan meningkat dari masyarakat dan aturan batas bawah tiket penerbangan murah yang ditetapkan oleh pemerintah. Kenaikan harga mengakibatkan tarif meningkat di 32 kota/kabupaten IHK. Kenaikan tertinggi di Tanjung Pandan sebesar 23 persen, berikutnya di Maumere 17 persen.
Penghambat:
  1. Beras
    Andil terhadap inflasi sebesar 0,2 persen dengan penurunan harga 4,82 persen. Pasokan di mayoritas kota/kabupaten IHK lancar dan melimpah karena sudah masuk masa panen raya. Akibatnya, terjadi penurunan harga di 65 kota/kabupaten IHK, dengan penurunan terendah terjadi di Mataram sebesar 18 persen, berikutnya di Depok 15 persen. 
  2. Ikan segar
    Andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen dengan penurunan harga 0,62 persen. Pasokan melimpah karena cuaca bagus, tak terjadi badai, dan hujan deras. Jadi hasil tangkapan nelayan melimpah.

No comments:

Post a Comment