"Rebound harga minyak dan melemahnya mata uang mendorong inflasi administered prices," jelas Mandiri Sekuritas dalam riset yang dikirimkan ekonomnya, Aldian Taloputro kepada CNN Indonesia, Sabtu (2/5). Berdasarkan catatan Mandiri Sekuritas, harga minyak mentah selama periode Januari-April 2015 mengalami kenaikan 14 persen, sedangkan rupiah terdepresiasi 4,3 persen. Akibatnya, harga barang dan jasa yang terkait dengan keduanya mengalami penyesuaian, antara lain harga bahan bakar minyak (BBM), tarif listrik, dan LPG 12 kg.
"Harga untuk BBM RON88 dan diesel yang naik di bulan April 2015 masing-masing sebesar 7,4 persen dan 7,8 persen, setelah pada bulan sebelumnya keduanya naik 3 persen," jelas Mandiri Sekuritas. Sementara itu, setelah beberapa bulan memangkas harga, PLN untuk pertama kalinya menaikkan tarif listrik rumah tangga, industri, bisnis, dan pemerintah masing-masing sebesar 2,8 persen. Di sisi lain, Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kg sekitar 5,8 persen.
Dari sisi harga pangan, Mandiri Sekuritas mengestimasi faktor panen raya berhasil menarik ke bawah harga beras rata-rata 3,4 persen pada April 2015. Penurunan harga beras diprediksi menyumbang deflasi 0,13 persen pada April 2015. Beberapa komoditas makanan mentah lain juga mengalami penurunan harga, antara lain cabai dan telur ayam. Hanya harga bawang yang cenderung naik, dengan prediksi inflasi 17,6 persen.
"Secara keseluruhan, kami memperkirakan komponen makanan mentah deflasi 0,12 persen," jelas Mandiri Sekuritas. Bank Indonesia (BI) melihat kecenderungan harga barang dan jasa mengalami peningkatan pada bulan ini. Indikatornya tercermin dari inflasi April 2015, yang diprediksi bank sentral menyentuh kisaran 0,44 persen, meningkat dari bulan sebelumnya 0,19 persen.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo mengatakan kendati harga-harga barang yang bergejolak (volatile food) relatif terkendali, kenaikan biaya transportasi berpotensi memicu inflasi April. Apabila prediksi BI terbukti, maka terjadi pembalikan tren harga yang sebelumnya terjadi deflasi pada dua bulan pertama 2015.
"Komponen terbesar inflasi April terdapat di biaya transportasi. Bahkan kontribusi bisa mencapai 50 persen dari angka inflasi di bulan April," ujar Agus di Jakarta, Rabu (29/1). Lebih lanjut Agus mengatakan, BI selaku otoritas moneter akan segera melakukan pengendalian inflasi, khususnya untuk barang-barang yang harganya diatur pemerintah (administered price) serta volatile food. Upaya ini merupakan mitigasi melonjaknya inflasi menjelang bulan Ramadhan yang akan masuk sebentar lagi.
"Namun kami masih belum bisa memberikan prediksi inflasi tahunan (year-on-year) April. Angkanya masih sekitar 6 persen, tapi yang bisa kami berikan adalah prediksi inflasi bulanan dulu saja," tuturnya. Sebagai informasi, Indonesia mengalami deflasi pada Januari sebesar 0,24 persen dan 0,36 persen di Februari. Adanya fakta ini kemudian diikuti oleh penurunan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin, dari 7,75 persen ke 7,5 persen; serta penurunan suku bunga fasilitas deposito dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen pada Februari.
Inflasi kemudian terjadi pada Maret sebesar 0,17 persen, yang dipicu oleh kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dan ongkos transportasi. Meskipun begitu, BI mencatat inflasi inti justru menurun dari 0,34 persen pada Februari menjadi 0,29 persen seiring permintaan domestik yang relatif moderat di tengah penurunan harga komoditas global. Apabila prediksi BI tepat, maka secara inflasi kumulatif inflasi pada empat bulan pertama 2015 akan mencapai 0,01 persen. Sebelumnya, BI mencatat adanya akumulasi inflasi sebesar -0,43 persen pada kuartal pertama 2015.
No comments:
Post a Comment