Lantaran terdampak penurunan daya beli dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), PT Kalbe Farma Tbk mencatatkan penjualan sebesar Rp 4, 24 triliun di sepanjang Januari hingga Maret 2015. Itu artinya, penjualan perseroan hanya mengalami pertumbuhan 4,4 persen ketimbang capaian periode yang sama tahun lalu di angka Rp 4,06 triliun.
“Tingginya tingkat inflasi 2014 pada angka 8 persen juga masih menjadi penyebab turunnya daya beli masyarakat hingga triwulan pertama tahun ini. Di samping itu, perlambatan pertumbuhan juga dipengaruhi pertumbuhan penjualan yang negatif di bisnis distribusi dan logistik, serta dampak penarikan salah satu produk obat resep," ujar Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Kalbe, Vidjongtius melalui keterangan resmi yang dikutip, Jumat (1/5).
Selain pendapatan bersih, perlambatan kinerja keuangan juga terjadi di pos perolehan laba bersih emiten bertiker KLBF ini. Di dalam tiga bulan kemarin, laba bersih Kalbe menyentuh angka Rp 529 miliar, atau hanya tumbuh 7,2 persen dibandingkan perolehan di periode yang sama tahun sebelumnya di angka Rp 493 miliar.
Begitu pun dengan laba usaha perseroan yang hanya tumbuh 6,3 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Meski begitu, Vidjongtius bilang rasio laba usaha terhadap penjualan bersih di triwulan pertama tahun 2015 mampu meningkat menjadi 16,1 persen dari 15,8 persen pada periode yang sama di 2014. “Hal (perlambatan) ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan volume yang melambat akibat dampak inflasi, pengaruh penarikan produk obat resep dan penurunan pada Divisi Distribusi dan Logistik karena pengakhiran kontrak distribusi dengan salah satu prinsipal pihak ketiga di akhir tahun 2014,” tuturnya.
Berangkat dari capaian tadi, manajemen pun merevisi targetkan perseroan yang sudah dibuatnya pada akhir tahun lalu. “Dengan mempertimbangkan situasi makro ekonomi yang cenderung melemah dan belum stabil serta faktor internal seperti dampak penarikan produk, kami merevisi target menjadi 7 persen sampai 9 persen untuk pertumbuhan penjualan bersih. Sementara untuk pertumbuhan laba bersih di kisaran 9 persen sampai 11 persen serta mempertahankan target marjin laba operasional di level 16 sampai 17 persen,” cetusnya
Perusahaan farmasi pelat merah PT Kalbe Farma Tbk mencetak laba bersih sebesar Rp 2,06 triliun pada 2014, naik 7,6 persen dibandingkan capaian 2013 senilai Rp 1,92 triliun. Namun capaian itu melambat dibandingkan dengan pertumbuhan 2013 dari 2012 yang mencapai 10,7 persen. Vidjongtius, Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Kalbe mengatakan sesuai dengan indikasi awal, hasil audit laporan keuangan Kalbe menunjukkan kinerja yang baik pada tahun 2014 dengan pertumbuhan penjualan produk-produk Kalbe. Di sisi lain, dia mengakui adanya penurunan pertumbuhan di lini bisnis tertentu.
“Walaupun menghadapi kondisi pasar yang menantang, produk-produk obat resep, produk kesehatan, maupun nutrisi, mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan yang baik. Terjadinya penurunan pertumbuhan Kalbe secara keseluruhan terutama terkait oleh kinerja produk-produk pihak ketiga pada bisnis distribusi kami,” ujarnya seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin (30/3).
Kalbe membukukan penjualan bersih pada kisaran Rp 17,4 Triliun pada tahun 2014 atau mencatat pertumbuhan sebesar 8,5 persen, jika dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp 16,0 Triliun. Laba kotor bertumbuh sebesar 10,4 persen dibandingkan tahun 2013. "Sementara itu, marjin laba kotor terhadap penjualan bersih sedikit meningkat menjadi 48,8 persen dibandingkan 48,0 persen pada tahun sebelumnya, walaupun terjadi pelemahan nilai tukar Rupiah sekitar 12,5 persen," jelasnya.
Perubahan bauran bisnis dengan melambatnya pertumbuhan bisnis distribusi telah memberikan dampak positif terhadap marjin. Laba usaha bertumbuh sebesar 8,3 persen. Walaupun marjin laba kotor meningkat, rasio laba usaha terhadap penjualan bersih pada tahun 2014 stabil pada tingkat 15,9 persen, akibat peningkatan beban penjualan dan pemasaran serta biaya riset dan pengembangan.
Perseroan, lanjut Vidjongtius, secara konsisten melakukan aktivitas pemasaran di seluruh Indonesia untuk meningkatkan brand awareness, terutama atas produk-produk baru Kalbe. Di samping itu, Perseroan terus melakukan aktivitas riset dan pengembangan secara berkelanjutan untuk memperkuat portofolio produk Kalbe. “Laba bersih bertumbuh sebesar 7,6 persen dibandingkan tahun 2013, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan laba usaha terutama akibat peningkatan beban bunga dan biaya keuangan serta biaya lain-lain,” jelas Vidjongtius.
Di sisi lain, terjadinya perlambatan pertumbuhan produk obat generik bermerek pada tahun 2014 merupakan dampak penyesuaian pasar terhadap program JKN. Perseroan menyatakan terus mengembangkan produk-produk obat resep berteknologi tinggi seperti di antaranya produk onkologi untuk memperkuat portofolio.
Lebih lanjut, Divisi Distribusi dan Logistik mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar -5.2 persen yang terutama mencerminkan perlambatan pertumbuhan prinsipal pihak ketiga. "Ke depannya, Perseroan akan terus memperkuat jaringan distribusi untuk meningkatkan jangkauan dan ketersediaan produk Kalbe," ujar Vidjongtius.
No comments:
Post a Comment