Saturday, May 2, 2015

Martina Bento Bukukan Penurunan Laba Bersih Sebesar 81,90 Persen

PT Martina Berto Tbk (MBTO) alami penurunan laba bersih sebesar 81,90 persen hingga periode Desember 2014 menjadi Rp2,92 miliar atau Rp2,73 per saham, dibandingkan dengan laba bersih periode sama tahun sebelumnya yang Rp16,16 miliar atau Rp15,11 per saham. Penjualan neto naik jadi Rp671,39 miliar dibandingkan penjualan neto tahun sebelumnya Rp641,28 miliar, dan laba bruto naik menjadi Rp339,67 miliar dari laba bruto tahun sebelumnya Rp325,87 miliar.

Namun beban penjualan naik jadi Rp258 miliar dari Rp227,57 miliar tahun 2013 dan beban umum naik jadi Rp72,95 miliar dari Rp70,60 miliar di tahun 2013. Laba usaha turun jadi Rp7,94 miliar dari laba usaha tahun sebelumnya Rp21,53 miliar.Laba sebelum pajak merosot tajam jadi Rp5,69 miliar dari laba sebelum pajak tahun sebelumnya Rp23 miliar.

Kemudian, total aset per Desember 2014 menjadi Rp619,38 miliar dari total aset per Desember 2013 yang sebesar Rp611,77 miliar. PT Martina Berto Tbk. berencana menurunkan jumlah item produk beredar dari sekitar 1.000 jenis menjadi hanya 400-an.

Sekretaris Perusahaan PT Martina Berto Tbk. Desril Muchtar mengatakan upaya ini dimaksudkan untuk menekan biaya produksi dan ongkos marketing guna menjaga margin laba. Pasalnya, tantangan industri kosmetik yang kian berat membuat emiten berkode MBTO ini pesimistis laba bersih perseroan bisa melonjak di tahun ini.

Sementara itu, penaikan harga produk belum menjadi pembahasan internal perseroan. Menurutnya, persaingan di industri kosmetik semakin ketat sehingga konsumen bisa dengan mudah bersaing jika perseroan menaikkan harga jual. “Prediksi kami justru margin laba akan tergerus,” katanya..

Desril menambahkan perseroan akan menghentikan produksi dan pemasaran beberapa produk yang memiliki margin tipis. Sebaliknya, MBTO hanya akan fokus mengembangkan produk-produk yang memiliki margin cukup lebar. Hal ini dimaksudkan sebagai langkah efisiensi.

PT Martina Berto Tbk. (MBTO) berencana untuk membentuk perusahaan patungan (joint venture) yang bergerak dalam sektor produksi kapas kecantikan di tahun ini. Direktur Utama Martina Berto Bryan David Emil menjelaskan perseroan menganggarkan dana sekitar Rp21 miliar untuk menjadi pemegang saham mayoritas dalam anak usaha baru yang bekerja sama dengan perusahaan kontrak manufacturing kapas tersebut.

"Kami targetkan kerja sama tersebut selesai tahun ini dan kami akan menjadi pemegang saham mayoritas dengan komposisi saham 51% hingga 60%," paparnya. Bryan menjelaskan sumber dana pembentukan JV tersebut berasal dari dana hasil penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) yang dialihkan penggunaannya yang awalnya untuk pembangungan dan penambahan kapasitas pabrik baru.

Jika dirinci, awalnya total dana IPO yang mencapai Rp250 miliar tersebut akan digunakan untuk pembangunan pabrik dan peningkatan kapasitas produksi sebesar Rp135 miliar, sebesar Rp54 miliar untuk bayar utang, dan Rp61 miliar untuk modal kerja. Kemudian perseroan mengubah pos pembangunan pabrik dari yang awalnya Rp135 miliar menjadi Rp75 miliar, sisanya sebesar Rp32 miliar untuk modal kerja, Rp7 miliar untuk perluasan pabrik, dan sebesar Rp21 miliar untuk modal JV.

JV tersebut, selain berfungsi untuk memproduksi kapas dengan brand perseroan, juga akan membuka toll manufacturing untuk perusahaan lainnya, sehingga dapat memberikan untung lebih bagi perusahaan grup Martha Tilaar tersebut. "Sales dari kapas kecantikan perbulannya terus meningkat, sekarang mencapai pada kisaran Rp3 miliar," papar Direktur Keuangan Martina Berto, Handiwidjaja.

Dengan strategi di atas, perseroan optimistis kinerja pada tahun ini lebih positif dibandingkan tahun lalu yang mencatatkan penurunan pendapatan menjadi Rp641,28 miliar atau melemah 10,7%, sedangkan laba bersih turun cukup dalam sebesar 65,2% menjadi Rp15,84 miliar dari tahun sebelumnya sebesar Rp45,52 miliar.

PT Martina Berto Tbk. mengkaji penaikan harga jual produk pada semester II tahun ini. Direktur Utama Martina Berto Bryan David Emil mengatakan kenaikan tarif listrik sejak awal 2014 cukup menganggu kinerja usaha emiten dengan kode MBTO ini. Namun, sejak awal tahun hingga saat ini, perseroan belum pernah menaikkan harga jual produk sebagai langkah menjaga kinerja keuangan perusahaan.

“Tetapi saat ini kami sedang mengkaji, apakah perlu ada kenaikan harga atau tidak. Semoga tidak perlu, tetapi kalau harus dinaikkan, we'll see,” kata Bryan di sela-sela acara BUMN Forum di Jakarta, Selasa (19/8/2014). Mengenai persentase kenaikan harga yang akan ditetapkan, pihaknya masih enggan menyebutkan dengan alasan rencana tersebut masih dalam tahap kajian.

Berdasarkan laporan keuangan MBTO, sepanjang semester I/2014, laba bersih persoan turun drastis 386,47% menjadi Rp3,77 miliar dari perolehan Rp18,34 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Salah satu penyebab merosotnya laba bersih disebabkan oleh penjualan perseroan yang turun menjadi Rp308, 18 miliar dari perolehan sebelumnya yang senilai Rp337, 41 miliar.

Selain itu, beban penjualan, mulai dari pemasaran, operasi, umum dan administrasi juga masih mengalami kerugian. Beban penjualan dan pemasaran perseroan sepanjang enam bulan pertama ini tercatat rugi Rp112, 09 miliar. Adapun beban umum dan administrasi tercatat rugi Rp35,99 miliar.

“Penurunan ini pastinya karena ada hambatan di penjualan, kemudian ada investasi, dan sebagainya. Namun, sampai akhir tahun kami masih optimis pendapatan penjualan bisa tumbuh 10% dibandingkan tahun lalu,” jelas dia.

Banyak strategi yang akan dilakukan perusahaan sepanjang lima bulan terakhir ini. Mulai dari melakukan penetrasi distribusi, perbaikan cash flow, serta membentuk anak usaha patungan untuk memperbesar kontrak manufaktur perusahaan. “Perusahaan patungan pelengkap kecantikan, kami ingin mayoritas 51%-60%, semoga bisa signing tahun ini.”

No comments:

Post a Comment