Sepanjang kuartal I 2015, kinerja sektor perbankan dinilai melemah karena melambatnya pertumbuhan laba dan melemahnya peningkatan kredit yang disertai penaikan kredit macet. Pengamat memprediksi kinerja sektor perbankan pada kuartal II bakal tak jauh beda jika suku bunga tak kunjung turun.
Analis PT Mandiri Sekuritas, Tjandra Lienandjaja menyatakan, perbankan membukukan pertumbuhan laba sebesar 5 persen secara tahunan pada kuartal I/2015 karena pertumbuhan kredit yang lemah yaitu 10 persen secara tahunan dan pertumbuhan simpanan dana pihak ketiga (DPK/deposit) sebesar 15 persen secara tahunan ketika ekonomi tumbuh 4,7 persen secara tahunan.
“Kesepuluh bank yang masuk ke dalam lingkup analisis kami di Mandiri Sekuritas menunjukkan kinerja yang lemah pada kuartal I/2015 dengan rerata pertumbuhan laba bersih hanya 5,1 persen secara tahunan, yang menjadi pertumbuhan terendah kedua dalam 8 tahun terakhir sejak krisis keuangan global 2008,” ujarnya dalam riset yang diterima.
Dia menjelaskan, sebagian besar dari bank besar membukukan pertumbuhan satu digit secara tahunan kecuali PT Bank Mandiri Tbk. Tetapi di antara bank lebih kecil, Bank Danamon Indonesia Tbk membukukan pertumbuhan negatif tipis, sedangkan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) membukukan pertumbuhan tertinggi yaitu 17 persen secara tahunan.
Dia mengemukakan, alasan utama dari kinerja yang lemah itu adalah pertumbuhan kredit yang lambat dan kenaikan pinjaman bermasalah, karena ekonomi tumbuh dengan percepatan yang lebih lambat sebesar 4,7 persen dibandingkan dengan 5 persen pada 2014. “Ekonomi yang melemah telah menyebabkan kenaikan pada tingkat kredit macet (non performing loan/NPL), yang saat ini mencapai lebih dari 2 persen, naik dari 1,8 persen pada Desember 2014,” ungkapnya.
Dia mengungkapkan, hanya PT Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin) membukukan penurunan level NPL pada Maret 2015 dibandingkan dengan posisi Desember 2014 karena adanya pelunasan NPL korporasi, Sementara PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk membukukan kenaikan NPL terbesar yaitu 77 bps, diikuti Bank Jatim 56 bps dan BRI 48 bps.
“Pertumbuhan kredit yang rendah dan pertumbuhan DPK yang tinggi menghasilkan NIM yang lebih rendah. Rerata margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) turun menjadi 6,4 persen dari 6,7 persen pada kuartal IV/2014,” katanya. Di antara 10 bank yang dianalisis, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dapat meningkatkan NIM-nya menjadi 6,44 persen pada kuartal I/2015 dari 6,33 persen pada kuartal IV/2014 dan PT Bank Tabungan Negara Tbk menjadi 4,66 persen dari 4,60 persen, sedangkan bank lain membukukan NIM yang lebih rendah.
“Kami memprediksi terjadi kenaikan pertumbuhan kredit tetapi penurunan kualitas kreditnya tidak dapat dihindari pada kuartal II/2015 jika ekonomi tumbuh dengan percepatan yang sama dengan sekarang. Perbankan akan mengalami perbaikan NIM ketika ada penurunan suku bunga karena likuiditas akan membaik,” ujar Tjandra.
No comments:
Post a Comment