Wednesday, April 27, 2016

Meski Laba Bersih Turun 25 Persen Astra Tetap Bagi Deviden Senilai Rp. 7,2 Triliun

PT Astra Internasional Tbk (ASII) mencatat penurunan laba bersih 25% menjadi Rp 14,5 triliun di akhir 2015. Pendapatan bersih juga ikut turun, 9% dibandingkan tahun lalu. Tanpa memperhitungkan pembebanan biaya non kas atas penurunan nilai properti tambang batu bara pada tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya, laba bersih Perseroan turun 20% menjadi Rp 16 triliun.

"Grup Astra mengalami tantangan bisnis sepanjang tahun 2015 dengan laba bersih sebelum penurunan nilai properti pertambangan batu bara menurun 20% menjadi sebesar Rp 16 triliun," kata Presiden Direktur Astra, Prijono Sugiarto, dalam keterangan tertulis, Kamis (25/2/2016).

Sepanjang 2015 emiten berkode ASII itu menghadapi pelemahan harga komoditas dan penurunan konsumsi domestik, sekaligus meningkatnya kompetisi dari sektor penjualan mobil, dan merosotnya kualitas kredit korporasi yang mengakibatkan penurunan kontribusi di semua segmen kecuali teknologi informasi.

"Kami masih bersikap hati-hati terhadap prospek bisnis mendatang, namun dengan didukung kemampuan Perseroan menghasilkan kas yang baik serta neraca keuangan yang kuat, Perseroan terus berinvestasi bagi masa depan, dan siap memanfaatkan peluang dari setiap perbaikan kondisi ekonomi," ujarnya.

Pendapatan bersih konsolidasian Astra menurun 9% menjadi Rp 184,2 triliun sepanjang tahun 2015, terutama disebabkan oleh penurunan di segmen otomotif, alat berat dan pertambangan, serta agribisnis.  Nilai aset bersih per saham Grup tercatat sebesar Rp 2.521 pada 31 Desember 2015, meningkat 7% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2014.

Sementara Nilai kas bersih secara keseluruhan, di luar Grup Jasa Keuangan, mencapai Rp 1 triliun, dibandingkan dengan utang bersih yang mencapai Rp 3,3 triliun pada akhir tahun 2014, karena arus masuk modal kerja yang kuat.

Anak perusahaan Grup segmen Jasa Keuangan mencatat utang bersih sebesar Rp 44,6 triliun, dibandingkan dengan Rp 45,9 triliun pada akhir tahun 2014. Astra menetapkan dividen final Rp 113 per saham (tahun 2014: Rp 152 per saham) akan diusulkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang akan dilaksanakan pada April 2016.

Dividen final yang diusulkan bersamaan dengan dividen interim sebesar Rp 64 per saham (tahun 2014: Rp 64 per saham) akan membuat total dividen tahun ini menjadi Rp 177 per saham (tahun 2014: Rp 216 per saham), mewakili rasio pembagian dividen sebesar 50% (tahun 2014: 46%).
PT Astra International Tbk (ASII) membagi dividen Rp 7,2 triliun kepada pemegang sahamnya. Dividen ini sudah disepakati dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) yang digelar hari ini. RUPS ini juga menyetujui penggunaan laba bersih perseroan untuk tahun buku 2015 sebesar Rp 14,46 triliun untuk dividen dan laba ditahan. Astra International membagikan dividen tunai sebesar Rp 7,2 triliun atau sebesar Rp 177 setiap saham. Sedangkan sisa laba sebesar Rp 7,2 triliun dibukukan sebagai laba ditahan perseroan.

"RUPS kali ini ada beberapa perubahan direksi dan komisaris," terang Chief of Corporate Communications Astra, Pongki Pamungkas, saat jumpa pers di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (27/4/2016).

RUPS kali ini juga menyetujui pengunduran diri beberapa jajaran direksi dan komisaris, antara lain:
  • Kyoichi Tanada sebagai Komisaris Independen Perseroan
  • Chiew Sin Cheok sebagai Komisaris Peraeroan
  • Simon Collier Dixon sebagai Direktur Perseroan
Mengangkat:
  • Michinobu Sugata sebagai Komisaris Independen Perseroan menggantikan Kyoichi Tanada
  • Adrian Teng Wei Ann sebagai Komisaris Perseroan menggantikan Chiew Sin Cheok
  • Chiew Sin Seok sebagai Direktur Perseroan menggantikan Simon Collier Dixon
  • Jihn Raymond Witt sebagai Komisaris Perseroan
  • Gidion Hasan sebagai Direktur Perseroan
Berikut ini adalah susunan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan tahun 2016:
  • Presiden Direktur: Prijono Sugiarto
  • Direktur Independenh Gunawan Geniusahardja
  • Direktur: Djoko Pranoto
  • Direktur: Widya Wirawan
  • Direktur: Sudirman Maman Rusdi
  • Direktur: Johannes Loman
  • Direktur: Suparno Djasmin
  • Direktur: Bambang Widjanarko Santoso
  • Direktur: Djony Bunarto Tjondro
  • Direktur: Chiew Sin Cheok
  • Direktur: Gidion Hasan
Dewan Komisaris Astra
  • Presiden Komisaris: Budi Setiadharma
  • Komisaris Independen: Sidharta Utama
  • Komisaris Independen: Mari Elka Pangestu
  • Komisaris Independen: Muhamad Chatib Basri
  • Komisaris Independen: Michinobu Sugata
  • Komisaris: Anthony John Liddell Nightinhale
  • Komisaris: Benjamin William Keswick
  • Komisaris: Mark Spencer Greenberg
  • Komisaris: Jonathan Chang
  • Komisaris: David Alexander Newbigging
  • Komisaris: Adrian Teng Wei Ann
  • Komisaris: John Raymond Witt

"Dengan demikian konferensi pers RUPS Astra 2016 berakhir, terima kasih," ujar Pongki. Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Astra International Tbk menyetujui pembagian dividen tunai sebesar Rp7,16 triliun, atau 49 persen dari laba bersih yang diterima perseroan sebesar Rp14,46 triliun sepanjang 2015.

Pemegang Saham Perseroan yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada tanggal 11 Mei 2016 akan mendapatkan Rp177 per saham, yang akan diperhitungkan dengan dividen interim sebesar Rp64 per saham dan dibayarkan pada 27 Mei 2016. "RUPST ini menyetujui penggunaan laba bersih Perseroan untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2015 untuk membagi dividen tunai kepada pemegang saham," tutur Prijono Sugiarto Presiden Direktur PT Astra International Tbk di Jakarta pada Rabu (27/4).

Prijono menyatakan, sisa laba bersih yang berjumlah Rp7,29 triliun akan ditahan sebagai laba ditahan Perseroan. Sementara, laba bersih kuartal I emiten berkode saham ASII ini tercatat mengalami penurunan sebesar 22 persen menjadi Rp3,11 triliun. Merosotnya laba Astra disebabkan oleh berkurangnya pendapatan bersih sebesar 7 persen menjadi Rp 41,88 triliun year on year (yoy).

Dikutip dari keterangan resmi Astra, Prijono menjelaskan perusahaannya mengalami penurunan pendapatan dari penjualan alat berat, sektor pertambangan dan agribisnis. Sementara di saat yang bersamaan, kontribusi pendapatan dari penjualan mobil merek Toyota menurun. "Profitabilitas turun karena kontribusi alat berat dan pertambangan, jasa keuangan, teknologi informasi dan otomotif melemah," kata Prijono.

Ia memperkirakan sepanjang tahun ini Astra akan menghadapi sejumlah tantangan karena permintaan otomotif masih melemah, harga komoditas tertekan dan kualitas kredit korporasi di Bank Permata, salah satu anak usaha perusahaan, cenderung menurun.

No comments:

Post a Comment