PT Bank Permata Tbk (BNLI) mencatat rugi Rp 376 miliar di kuartal I-2016, dibandingkan laba Rp 567 miliar di tahun sebelumnya periode yang sama. Kerugian terjadi akibat beban pencadangan yang naik. Mengingat kondisi perekonomian yang terus menurun secara keseluruhan, Bank Permata mengalami tekanan portofolio yang signifikan, terutama sejak semester kedua 2015, dengan meningkatnya kredit bermasalah (NPL).
Rasio NPL Gross dan Net masing-masing naik menjadi 3,5% dan 1,8% per 31 Maret 2016, dari 1,6% dan 0,6% di tahun sebelumnya. Beban pencadangan pun naik 552% yoy menjadi Rp 1,55 triliun. Bank swasta itu mencatatkan peningkatan beban pencadangan yang signifikan demi meningkatkan rasio pengamanan, memperbaiki kualitas aset, serta menempatkan posisi dalam posisi yang strategis untuk meraih pertumbuhan di masa depan, dengan catatan kondisi ekonomi makro semakin membaik.
Direktur Utama Bank Permata, Roy Arfandy, mengatakan Laba Operasional Sebelum Pencadangan mengalami pertumbuhan 7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). "Namun demikian, Bank mencatatkan kerugian pada kuartal pertama akibat alokasi beban pencadangan (provision expense) dalam jumlah yang signifikan. Beban pencadangan yang lebih tinggi ini merupakan langkah terencana yang diambil untuk meningkatkan kualitas aset," kata Roy dalam keterangan tertulis, Senin (25/4/2016).
Dibandingkan dengan kuartal IV tahun 2015, beban pencadangan Bank Permata turun 24%, sementara kerugian turun 46%. Direktur Keuangan Bank Permata, Sandeep Jain, menambahkan total pendapatan operasional tumbuh 4% yoy menjadi Rp 2,17 triliun, didorong oleh peningkatan marjin bunga bersih, pertumbuhan pendapatan berbasis biaya (fee-based income), serta tingginya kenaikan pendapatan Syariah sebesar 13%.
"Pencapaian-pencapaian tersebut, bersama dengan rights issue senilai Rp 5,5 triliun yang rencananya akan dilakukan di bulan Juni, akan memperkuat landasan pertumbuhan Bank Permata," kata Jain. Pendapatan Bunga Bersih tumbuh menjadi Rp 1,54 triliun dari Rp 1,5 triliun pada tahun sebelumnya, berkat penurunan biaya pendanaan yang didukung oleh peningkatan porsi giro dan tabungan (CASA), kendati mencatat penurunan kredit sebesar 6%.
Pendapatan berbasis biaya tumbuh menjadi Rp 624 miliar dari Rp 594 miliar di tahun sebelumnya, terutama didorong oleh kinerja kegiatan treasury serta layanan investasi yang baik. Sementara itu, Marjin Bunga Bersih meningkat menjadi 3,9% di kuartal pertama 2016 dari 3,6% di tahun sebelumnya, berkat keberhasilan Bank meningkatkan komposisi CASA-nya dan memangkas pertumbuhan deposito yang relatif mahal.
Total aset hingga 31 Maret 2016 mengalami penurunan sebesar 8% yoy menjadi Rp 175 triliun, terutama didorong oleh penurunan kredit sebesar 6% yoy menjadi Rp 123 triliun pada Maret 2016. Likuiditas tetap terjaga sehat dengan rasio loan-to-deposit (LDR) sebesar 90% di penghujung Maret 2016, dibandingkan dengan 89% di tahun sebelumnya.
No comments:
Post a Comment