Produsen komponen otomotif, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) mencatat penurunan kinerja yang cukup signifikan di tahun ini. Hingga sembilan bulan pertama 2015, pendapatan perseroan tercatat menurun menjadi Rp 8,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 9,2 triliun.
Laba bersih juga tergerus sebesar 72% dari Rp 641 miliar menjadi hanya Rp 179 miliar. Meskipun demikian, perseroan belum ada rencana untuk melakukan efisiensi melalui pengurangan karyawannya alias PHK. "Pengurangan jumlah buruh hal terakhir yang akan dilakukan," kata Direktur Astra Otoparts Hugeng Gozali dalam acara Workshop Wartawan Pasar Modal 2015, di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (27/11/2015). Ia menjelaskan, saat ini perseroan akan melakukan berbagai efisiensi untuk bisa menekan biaya operasional.
"Biaya operasional mulai diperketat. Yang dilakukan penghematan penggunaan material, pengurangan jam produksi, pengurangan karyawan opsi terakhir," katanya. Saat ini, Hugeng menyebutkan, total karyawan perseroan secara grup mencapai 33.000 tenaga kerja.
Setiap tahun, kata Hugeng, pihaknya selalu memberikan kewajiban kepada para karyawannya dengan menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP). Tahun ini, rata-rata kenaikannya mencapai 17%. "Sangat banyak sehingga efek UMP sangat besar ke kinerja keuangan," katanya..
Hugeng berharap, kenaikan UMP tahun depan tidak terlalu tinggi. Lesunya perekonomian ikut menyumbang tertekannya bisnis perseroan. "Dalam kondisi demand masih lemah, bila kenaikan UMP jauh di atas inflasi dan pertumbuhan ekonomi maka akan membebani industri. Saya sangat mengharapkan buruh juga mengerti, apa yang dirumuskan pemerintah sudah sangat fair, tetap meningkatkan upah tapi berdasarkan kenaikan inflasi dan pertumbuhan ekonomi," ujar Hugeng.
Produsen otomotif nasional, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) masih belum bisa berekspansi secara agresif di tahun depan. Selain perekonomian yang masih lesu, banyak biaya operasional yang masih akan menekan kinerja perseroan.
Direktur PT Astra Otoparts Tbk Hugeng Gozali mengatakan, kinerja perseroan tahun depan diperkirakan masih akan tertekan seiring dengan kenaikan upah buruh atau Upah Minimum Provinsi (UMP) yang memang terjadi setiap tahunnya. Tahun depan, ada kenaikan UMP tahun depan sebesar 11,5%. Ia menyebutkan, 2015 kenaikan Upah buruh (UMP sektoral) di Astra Otoparts mencapai 17%, jauh di atas angka inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang menjadi komponen penghitungan kenaikan UMP.
Hingga sembilan bulan pertama tahun 2015, pendapatan perseroan tercatat menurun menjadi Rp 8,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 9,2 triliun. Laba bersih juga tergerus dari Rp 641 miliar menjadi hanya Rp 179 miliar."Laba tergerus 70%. UMP naik 17%, semoga tahun depan tak setinggi tahun ini," katanya dalam Workshop Wartawan Pasar Modal 2015, di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Jumat (27/11/2015).
Di tahun depan, Hugeng menyebutkan, perseroan hanya menargetkan kenaikan pendapatan sebesar 5%. Hugeng berharap, kenaikan UMP tahun depan tidak sebesar 2015 (tahun depan 11,5%). Wacana pemerintah untuk menerapkan penghitungan atau rumus UMP berdasarkan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi dinilai Hugeng sangat membantu sektor industri.
"Margin tergerus dengan peningkatan upah buruh, itu naiknya sangat tinggi jauh di atas inflasi dan pertumbuhan, tahun depan diharapkan tidak setinggi tahun ini," katanya.Hugeng menyebutkan, komponen UMP menyumbang beban 10% dari total pendapatan, sementara 50% disumbang dari komponen material.
"Upah buruh sudah 10% dari nilai penjualan, material 50% dari nilai penjualan, tapi kalau memang terjadi peningkatan UMP 17% seperti di 2015, jadi kalau tahun depan UMP naik 15-17%, maka komposisi ke nilai penjualan langsung naik 1,5%, ini akan menekan margin," sebutnya.
No comments:
Post a Comment