Bank Indonesia (BI) akan menjaga menjaga volatilitas kurs rupiah tidak melebihi 10 persen pada tahun ini. Tahun lalu, volatilitas kurs rupiah mencapai lebih dari 11 persen. "Dana masuk jangan sampai menimbulkan volatilitas berlebihan, tekanan apreasiasi yang berlebihan yang pada gilirannya juga bisa menyebabkan rupiah terlalu kuat dan overvalue, sehingga juga merugikan dari sisi daya saing," ujar Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung di Gedung Thamrin BI, Jakarta, Selasa (26/4).
BI menilai, upaya menjaga volatilitas nilai tukar menjadi perhatian lantaran aliran dana asing yang masuk ke pasar finansial domestik berpotensi semakin deras ke depan. Hal itu seiring dengan divergensi antara kebijakan moneter negara maju yang mulai berkurang dan adanya percepatan pemulihan ekonomi domestik.
BI mencatat volatilitas kurs rupiah terhadap mata uang asing sepanjang Maret hingga April 2016 relatif rendah, yaitu sekitar 5,6 persen. Hal itu menunjukkan terjaganya stabilitas nilai tukar. "Kalau dilihat volatilitas Maret-April, sangat rendah, yaitu sekitar 5,6 persen. Sebelumnya (volatilitas rupiah) bisa 10 hingga 11 persen," tutur Juda.
Sebagai informasi, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dolar (JISDOR), selama kurun 1 Maret hingga 26 April 2016, nilai terlemah kurs Rupiah tercatat di level Rp13.367 per dolar AS. Sementara, nilai tukar rupiah terkuat ada di level Rp13.020 per dolar AS.
Sepanjang kuartal I 2016, modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia sebesar US$4,9, dimana US3,7 miliar dolar diantaranya diinvestasikan di Surat Utang Negara (SUN). Pasokan modal asing itu telah mendorong apresiasi nilai tukar rupiah sebesar 3,96 persen (year to date/YTD) ke level Rp13.260 per dolar AS.
No comments:
Post a Comment