Thursday, April 28, 2016

Bakrie Telecom PHK Lagi 500 Karyawan

Manajemen PT Bakrie Telecom Tbk menyatakan telah memangkas hingga 500 karyawan sejak tahun lalu hingga awal 2016 ini. Perseroan masih mengkaji pemangkasan lanjutan setelah rencana penerbitan obligasi wajib konversi senilai Rp7,6 triliun disetujui pemegang saham.

Wakil Presiden Direktur Bakrie Telecom Taufan Rotorasiko mengatakan pada tahun lalu manajemen memang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena kondisi keuangan perusahaan yang buruk. “Sejak kemarin (tahun lalu) sudah kami kurangi karyawan. Tapi esensinya lebih kesepakatan bersama. Kemarin sekitar 500-an orang telah dikurangi,” ungkapnya di Jakarta, Kamis (28/4).

Untuk tahun ini, Taufan menyatakan manajemen masih menimbang rencana pemangkasan karyawan lanjutan. Pasalnya, manajemen cukup optimistis kinerja bisa mulai membaik setelah perseroan bisa lolos dari salah satu masalah terkait pembayaran utang.  Seperti diketahui, Bakrie Telecom terpaksa bermanuver untuk menerbitkan obligasi wajib konversi senilai total Rp7,6 triliun demi membayar utang perseroan yang menumpuk hingga Rp11,6 triliun.

Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perusahaan telah setuju dengan rencana obligasi wajib konversi tersebut. Nantinya kreditur memperoleh obligasi yang ditukar dengan saham tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). “Untuk pemangkasan karyawan lanjutan, kami masih melihat dulu situasi seperti apa. Tapi saya bersyukur RUPSLB disetujui sehingga kami bisa lebih baik,” jelas Taufan.

Sebelumnya, manajemen Bakrie Telecom telah memangkas 300-400 karyawan pada semester II 2015. Manajemen memiliki target pengurangan karyawan harus di bawah 1000 orang, dari total 1300 karyawan saat itu.

Perusahaan yang dikenal dengan produk Esia Talk ini terpaksa mendepak ratusan karyawannya karena keuangan yang buruk. Dalam sembilan bulan pertama 2015, Bakrie Telecom menelan rugi bersih hingga Rp3,65 triliun, melonjak dari rugi bersih Rp2,29 triliun di periode yang sama 2014.

Hal itu terjadi karena pendapatan usaha emiten berkode saham BTEL ini hanya mencapai Rp478,84 miliar di kuartal III 2015. Jumlah itu merosot drastis dari pendapatan usaha di periode yang sama tahun 2014 sebesar Rp1,22 triliun.

Pada tahun ini, Taufan mengaku manajemen masih memposisikan diri dalam menjalani bisnis. Ia menyatakan kondisi bisnis pada tahun ini masih cukup berat. Hal itu membuat manajemen bersikap berhati-hati. “Kami akan memposisikan diri. Tahun ini masih ada tantangan dengan bisnis kami. Kami lihat kondisi akan masih berat, kami tak janjikan hal yang muluk. Tahun depan semoga bisa positif,” katanya.

No comments:

Post a Comment