Thursday, April 21, 2016

Jokowi Semakin Optimistis Ekonomi Nasional Tumbuh 5%

Presiden Joko Widodo meyakini perekonomian Indonesia tumbuh stabil di kisaran 5 persen pada kuartal I 2016 dan secara gradual akan meningkat sesuai dengan target pemerintah. Optimisme itu disampaikan Jokowi pada konferensi investasi di London, Inggris, Rabu (20/4). "Saya percaya kami termasuk yang stabil di kawasan, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tahunan sekitar 5 persen," ujar Jokowi seperti dikutip dari Reuters.

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia ini terkait dengan akselerasi investasi di sektor infrastruktur. Pada Februari lalu, Jokowi mengaku sangat optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai target 5,3 persen pasca melambat dengan hanya tumbuh 4,8 persen pada tahun lalu.

Indonesia, negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini telah mengalami perlambatan ekonomi dalam enam tahun terakhir seiring dengan penurunan harga komoditas dan lesunya ekonomi China selaku negara mitra dagang utama.

Dari Jakarta, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo menilai daya tahan ekonomi nasional semakin kuat untuk menghadapi risiko-risiko yang berasal dari eksternal itu. Menurutnya, fundamental ekonomi nasional semakin baik dan mulai menunjukan pembalikan positif berkat belanja pemerintah yang semakin cepat.

Namun, ia masih mengkhawatirkan imbas dari penurunan harga komoditas dan risiko melesetnya target produksi minyak dan gas. "Inflasi terkendali, pertumbuhan positif, defisit APBN terjaga, dan sebagainya. Rupiah juga stabil, sudah terapresiasi. Naik-turunnya tidak terlalu banyak. IHSG juga relatif masih baik," tuturnya.

Pada 2017, Mardiasmo optimistis ekonomi nasional tumbuh pada kisaran 5,5-5,9 persen, lebih tinggi dari target pertumbuhan tahun ini 5,3 persen. Pemerintah optimistis kondisi ekonomi nasional akan lebih baik pada tahun depan meski dibayangi risiko penggelembungan(bubble) aset keuangan global.

Optimisme tersebut tertuang dalam prognosa makroekonomi, yang tengah dipersiapkan untuk Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) 2017.  Mardiasmo, Wakil Menteri Keuangan menyebutkan sejumlah proyeksi asumsi makroekonomi untuk tahun depan. Pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan melaju pada kisaran 5,5-5,9 persen, lebih tinggi dari target pertumbuhan tahun ini 5,3 persen.

Sementara sasaran inflasi kemungkinan masih sama dengan tahun ini, yakni sekitar 3-5 persen (4 plus/minus 1 persen). Sementara asumsi kurs dipatok di kisaran Rp13.700-Rp14.200 per dolar AS. Harga minyak mentah Indonesia (ICP) diproyeksi akan berada pada rentang harga US$35-45 per barel.

Lalu untuk produksi (lifting) minyak, Mardiasmo mengatakan pemerintah akan mematok pada kisaran 740-750 ribu barel per hari (bph). Sedangkan lifting gas, targetnya dipasang pada kisaran 1,05-1,15 juta bph (setara minyak).  Terakhir adalah suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan, Wamenkeu mengungkapkan kisarannya 5,5-6,5 persen.

"Ini masih perencanaan awal untuk penganggaran 2017," ujar Mardiasmo pada acara Musyawarah Perencanaan pembangunan (Musrenbang) di Jakarta, Rabu (20/4). Mardiasmo meyakini kondisi ekonomi global pada 2017 akan lebih baik dibandingkan dengan tahun ini seiring dengan pemulihan ekonomi negara-negara maju. Namun, risiko di pasar uang internasional masih tetap tinggi dan patut diwaspadai, terutama menyangkut utang publik yang meningkat dibanyak negara.

"Namun kita harus waspada pertumbuhan ekonomi yang dipicu dengan utang, yang mungkin menimbulkan bubble," tuturnya.  Faktor risiko lain yang juga patut diantisipasi, kata Mardiasmo, adalah penurunan harga komoditas, perlambatan ekonomi China, dan potensi kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed).

Kendati kondisi global masih dihantui ketidakpastian, Mardiasmo menilai daya tahan ekonomi nasional semakin kuat untuk menghadapi risiko-risiko yang berasal dari eksternal itu. Menurutnya, fundamental ekonomi nasional semakin baik dan mulai menunjukan pembalikan positif berkat belanja pemerintah yang semakin cepat.

Namun, ia masih mengkhawatirkan imbas dari penurunan harga komoditas dan risiko melesetnya target produksi minyak dan gas.  "Inflasi terkendali, pertumbuhan positif, defisit APBN terjaga, dan sebagainya. Rupiah juga stabil, sudah terapresiasi. Naik-turunnya tidak terlalu banyak. IHSG juga relatif masih baik," tuturnya.

No comments:

Post a Comment