“Contohnya, membangun kabel laut kan bertahap. Makanya yang banyak memang operasional expenditure sebenarnya,” ujar Honesty kepada beberapa media, Jumat (22/4). Honesty menjelaskan, dana sebesar Rp1 triliun tersebut tidak termasuk biaya untuk melakukan akuisisi di negara lain. Ia mengaku dana akuisisi disesuaikan dengan kondisi target perusahaan yang akan dicaplok.
“Dana (belanja modal) itu belum termasuk akuisisi ya,” jelasnya.
Sebelumnya, Telkom melalui anak perusahaannya, Telekomunikasi Indonesia International USA Inc (Telkom USA), telah mengakuisisi AP TeleGuam Holding Inc merupakan induk perusahaan GTA TeleGuam.TeleGuam merupakan salah satu operator telekomunikasi di Guam, yang menyediakan layanan telekomunikasi telepon tetap, telepon seluler, Internet, dan televisi berlangganan.
Namun, Honesty mengatakan Telkom belum bisa beroperasi di Guam karena masih dalam proses memperoleh izin operasi dari otoritas negara, yang masuk teritori pemerintahan Amerika Serikat tersebut. “Terkait Guam, semua persyaratan sudah kami kirim. Kan ada proses. Itu sepenuhnya domain pemerintah AS. Kami belum bisa memprediksi bagaimana prosesnya,” katanya.
Kendati demikian, lanjutnya, hal itu tak menyurutkan niat Telkom untuk terus melebarkan sayapnya di kancah internasional. Honesty menyatakan, saat ini Telin tengah menjalani penjajakan akuisisi denga beberapa perusahaan telekomunikasi. “Penjajakan akuisisi ada sekitar tiga perusahaan di Asia Pasifik dan Afrika,” ungkapnya. Honesty menyatakan, sepanjang 2015, Telin menyumbang pendapatan sekitar Rp3 triliun. Dengan ekspansi lanjutan, ia berharap pendapatan Telin bisa tumbuh hingga mencapai digit ganda.
“Telin, revenue sampai Rp3 triliun pada 2015. Tahun ini ya kita coba naik 10 persen,” katanya. PAda kuartal I 2016, Telkom membukukan laba bersih sebesar Rp4,59 triliun, tumbuh 20,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu dari Rp3,81 triliun.
Direktur Utama Telkom, Alex J. Sinaga mengatakan kinerja positif itu berkat pendapatan perseroan yang tumbuh 16,6 persen, dari Rp23,62 triliun pada kuartal I 2015 menjadi Rp27,54 triliun. Sementara laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) tercatat tumbuh 18,8 persen menjadi Rp14,66 triliun.
“Pada kuartal pertama 2016 ini kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dengan indikator pertumbuhan double digit pada pendapatan, EBITDA dan laba bersih perusahaan dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ujar Alex. Manajemen PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) menyatakan belum bisa segera beroperasi di Guam, karena masih dalam proses memperoleh izin operasi dari otoritas negara yang masuk teritori pemerintahan Amerika Serikat tersebut.
Direktur Utama Telkom Alex J. Sinaga mengatakan saat ini manajemen masih dalam proses memperoleh izin operasi dari otoritas setempat. Sayangnya, ia menyatakan manajemen belum bisa membeberkan proses yang tengah dijalani perseroan.
“Untuk progress di Guam belum close, kami masih menunggu izin dari otoritas setempat. Kami belum bisa mengatakan sampai mana progress-nya. Nanti jika sudah ada informasi resmi, baru bisa kami beritahu,” ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta, Jumat (22/4). Seperti diketahui, Telkom melalui anak perusahaannya, Telekomunikasi Indonesia International USA Inc (Telkom USA), telah mengakuisisi AP TeleGuam Holding Inc merupakan induk perusahaan GTA TeleGuam.
Adapun perusahaan tersebut adalah salah satu operator telekomunikasi di Guam. Perusahaan ini menyediakan layanan telekomunikasi telepon tetap, telepon seluler, Internet, dan televisi berlangganan. Alex berharap pada tahun ini terdapat kepastian dan izin dari otoritas Guam agar perseroan bisa segera beroperasi dan menjalankan roda bisnis di negara tersebut. Pasalnya, rencana operasi tersebut sudah molor dari tahun lalu.
“Harapan kami tahun ini bisa operasi,” ujarnya. Sebelumnya, Alex mengatakan sebenarnya secara konten pihaknya sudah memiliki kesiapan yang tinggi dalam memulai operasi bisnis. Namun, pihaknya masih terkendala perizinan operasi yang belum diteken otoritas komunikasi Guam.
"Untuk di Guam mungkin 95 persen sudah siap secara konten. Yang 5 persen masih inprogress, khususnya terkait approval dari otoritas. Bulan ini belum bisa, tapi tahun ini harusnya sudah operasi," jelas Alex pada Agustus tahun lalu. Untungnya, meski anak usaha di Guam belum beroperasi, kinerja Telkom di awal tahun boleh dibilang moncer. Telkom mampu membukukan laba bersih Rp4,59 triliun pada kuartal I tahun ini, tumbuh 20,2 persen dari Rp3,81 triliun di periode yang sama 2015.
Alex mengatakan hal itu salah satunya disebabkan pendapatan perseroan tumbuh 16,6 persen menjadi Rp27,54 triliun dalam tiga bulan pertama tahun ini, dari Rp23,62 triliun di periode yang sama 2015. Sementara laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) tumbuh 18,8 persen menjadi Rp14,66 triliun di kuartal I 2016.
“Pada kuartal pertama 2016 ini kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang cukup memuaskan dengan indikator pertumbuhan double digit pada pendapatan, EBITDA dan laba bersih perusahaan dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ujar Alex. Alex mengungkapkan, untuk pertama kalinya segmen Data, Internet & IT Service menjadi kontributor dominan terhadap pendapatan konsolidasi, yakni sebesar 37,4 persen atau Rp10,30 triliun. Pencapaian ini, lanjutnya, lebih tinggi 45,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
No comments:
Post a Comment