Awal tahun lalu, PT Pertamina (Persero) membatalkan rencana membangun gedung tertinggi di Indonesia yang sedianya bernama Pertamina Energy Tower karena membutuhkan uang banyak untuk merevitalisasi dan membangun kilang baru. Tahun ini, giliran PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) melanjutkan ambisi sesama badan usaha milik negara (BUMN) untuk memiliki gedung tinggi di ibukota.
Meskipun tidak sedahsyat rencana Pertamina yang ingin memiliki gedung pencakar langit 99 lantai setinggi 530 meter, namun Direktur Utama BNI Achmad Baiquni yakin Menara BNI yang akan berdiri di Jalan Pejompongan Raya V Nomor 24, Jakarta Pusat tersebut mampu menjadi ikon baru di Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, Menteri BUMN Rini Soemarno didapuk manajemen untuk meresmikan dimulainya pembangunan menara 30 lantai tersebut, Selasa (19/4) ini.
Ia menuturkan gedung yang pembangunannya dikerjakan oleh PT PP Tbk ini akan menempati lahan seluas 14.817 meter persegi dengan total konstruksi seluas 64.061 meter persegi. “Bangunan ini nantinya akan terdiri atas 1 basement, 1 semi basement, 1 ground floor, 30 lantai, 1 roof, dan 1 parapet roof. Pembangunan menara ini bagian dari optimalisasi aset yang dimiliki BNI saat ini,” ujar Baiquni dalam keterangan resmi.
Dengan membangun gedung baru, Baiquni juga menargetkan perseroan bisa menghemat biaya sewa ruang kantor yang terus bertambah seiring dengan ekspansi perusahaan. Ia mencatat kebutuhan sewa ruang kantor untuk kantor pusat saat ini mencapai 29.677,33 meter persegi.
“BNI juga ingin memiliki gedung baru yang iconic, inovatif, fleksibel, dan tanggap terhadap perkembangan zaman, yang kami rencanakan untuk digunakan sebagai pusat aktivitas Consumer Banking BNI,” ujar Baiquni. Pada Februari 2015 lalu, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto terpaksa mencoret rencana mantan Direktur Utama Karen Agustiawan yang ingin perusahaan minyak pelat merah itu untuk memiliki gedung tertinggi di Indonesia sejak 2013.
"Kita memang menunda investasi agar dapat meningkatkan efisiensi dan berfokus di hulu. Investasi yang kita tunda tersebut seperti pembangunan tower," ujar Dwi. Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman ketika itu menambahkan, manajemen memangkas anggaran belanja modal sebesar US$7 miliar pada 2015 yang salah satunya diperoleh dari pencoretan Pertamina Energy Tower dari daftar proyek yang harus dikerjakan.
"Investasi yang belum rasional dan tidak terlalu penting seperti pembangunan tower akan kita potong terlebih dahulu," tandasnya.
No comments:
Post a Comment