Demikian disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah dalam sambutan saat membuka Konferensi Perbankan ASEAN ke-18 di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/11). Konferensi Perbankan ASEAN ini berlangsung 10-12 November.
Topik yang mengemuka dalam konferensi itu, antara lain, tentang kolaborasi dan kompetisi di pasar ASEAN, terutama menghadapi integrasi sektor keuangan dan perbankan pada tahun 2020.
Halim menegaskan, ada dua alasan penting integrasi pasar ASEAN. Selain akan semakin memperkuat jaringan, juga akan meningkatkan efisiensi. ”Ini yang akan mendorong skala ekonomi dan kekuatan stabilitas,” kata Halim.
Sekitar 24,5 persen dari total perdagangan ASEAN dilakukan di antara negara-negara anggota ASEAN. Adapun investasi asing langsung di ASEAN sekitar 11,2 persen dilakukan di antara negara-negara anggota ASEAN.
Menurut Halim, pertumbuhan sektor finansial, khususnya sektor perbankan, memiliki korelasi yang kuat dengan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya integrasi pasar ASEAN atau integrasi ekonomi ASEAN, pertumbuhan sektor perbankan akan menuju globalisasi di tingkat regional.
Bank Indonesia, kata Halim, seusai memberi sambutan, mendorong adanya integrasi finansial dan perbankan. Namun, ia mengakui, kedalaman finansial Indonesia yang diukur dari jumlah uang beredar masih cukup rendah dibandingkan negara-negara anggota ASEAN.
”Kita sekitar 30-35 persen dekat dengan Filipina. Ini termasuk paling rendah. Ada negara- negara lain di ASEAN dengan kedalaman finansial 40 persen, bahkan 70 persen,” papar Halim.
Menanggapi tentang perlunya integrasi pasar finansial ASEAN, Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menyatakan harus
”Apakah bank-bank mau mengembangkan cabang selain di Indonesia atau mau konsolidasi di dalam negeri saja?” tanya Sigit Pramono.
ASEAN, lanjut Sigit, adalah pasar yang sangat besar dengan total penduduk mencapai 600 juta jiwa atau 8,8 persen dari jumlah penduduk dunia. Adapun total produk domestik bruto ASEAN sebesar 1,8 triliun dollar AS.
Oleh karena itu, menurut Sigit, jika bank-bank nasional Indonesia ingin konsolidasi di dalam negeri, tetap harus memikirkan kehadiran bank-bank asing di Indonesia.
”Saat ini negara yang perbankannya paling siap dalam konteks pengembangan jaringan adalah Singapura dan Malaysia,” tutur Sigit.
Dalam diskusi panel tentang isu kolaborasi dan kompetisi dalam pasar ASEAN, ekonom Raden Pardede memaparkan tentang kondisi perbankan di Indonesia.
Ia menjelaskan, rata-rata rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 17,6 persen. Sementara kredit bermasalah (NPL) sebesar 3,3 persen.
Saat ini aset Bank Mandiri tercatat 44 miliar dollar AS. Bank BRI memiliki aset 24 miliar dollar AS dan Bank BCA memiliki aset 36 miliar dollar AS.
”Prediksi, jika pertumbuhan tetap bagus, dalam lima tahun mendatang, bank di Indonesia akan menjadi nomor dua atau tiga di kawasan ASEAN,” kata Raden Pardede
No comments:
Post a Comment