Kejelian Nicolaus Nek Tjong (66) memanfaatkan peluang bisnis telah mengubah hidupnya. Ia tak perlu lagi masuk-keluar hutan berburu rusa ataupun bekerja di pasar sebagai tukang jagal sapi.
Ayah dari sembilan anak ini sudah sebelas tahun terakhir mengisi hari-harinya di rumahnya sebagai juragan dendeng dan abon dari daging rusa.
Nicolaus menata halaman belakang rumahnya di Gang Golkar, Jalan Ahmad Yani, Merauke, Provinsi Papua, untuk tempat pengolahan dendeng dan abon rusa. Selain dua produk unggulan ini, ia membuat jenis makanan lain, seperti ikan asin, terasi udang, dan udang ebi.
Usaha yang secara serius dilakoninya sejak tahun 1998 itu dilabeli NC Production. Huruf NC adalah kependekan dari nama Nicolaus.
Produk usahanya itu kini menjadi buah tangan khas dari Merauke, ujung timur wilayah Nusantara. Mengunjungi Merauke bisa jadi belum afdol jika belum mencicipi atau tidak membawa pulang produk produksi Nicolaus itu.
Usaha menjual dendeng rusa berawal dari upaya orangtua Nicolaus memanfaatkan daging sisa buruan rusa pada pertengahan tahun 1980. Nicolaus yang gemar berburu kala itu mempelajari resep pembuatan dendeng dan abon dari kedua orangtuanya, Paulus Tjong dan Maria Lai. Minat masyarakat yang masih rendah membuat keluarga Tjong hanya menjual dendeng sesuai pesanan.
Animo masyarakat setempat terhadap daging rusa memang tidak bisa dilepaskan dari kondisi alam Merauke. Maklum, daerah yang didominasi padang savana itu merupakan habitat herbivora, terutama rusa.
Harga daging rusa kala itu relatif murah, hanya Rp 2.000-Rp 3.000 per kilogram (kg). Kondisi itu dimanfaatkan Nicolaus muda untuk menyalurkan hobi berburu rusa dengan teman-temannya. ”Kala itu, hanya pekerjaan berburu yang bisa dilakoni di sini,” kata suami dari Engel Berta Oey ini.
Kondisi mulai berubah pada permulaan tahun 1990. Kian merosotnya populasi rusa memicu kenaikan harga daging rusa yang saat ini mencapai Rp 40.000 per kg. Namun, kondisi itu tak membuat Nicolaus banting setir. Ia masih tetap meneruskan profesi sebagai tukang jagal sapi di pasar tradisional di kawasan Ampera, Merauke.
Barulah pada tahun 1998, ia melihat kesempatan untuk menekuni secara serius usaha penjualan dendeng dan abon rusa. Gejala mulai jenuhnya masyarakat mengonsumsi daging
”Ternyata banyak masyarakat yang suka dan pesanan pun terus mengalir,” ujar pemilik toko Tifa Rusa ini.
Lambat laun, usahanya berkembang pesat. Pembeli produk makanan NC Production tak hanya dari Merauke dan sekitarnya, tetapi juga para pelancong yang mencari oleh-oleh khas Merauke.
Produk dendeng dan abon dari Tifa Rusa semakin dikenal tatkala Nicolaus sering mengikuti pameran di kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta.
Nicolaus pula yang mengenalkan produk unggulannya itu sebagai penganan khas Merauke kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berkunjung ke pameran di Merauke empat tahun silam.
Saat ini NC Production mampu mengolah 400 kg daging rusa untuk menjadi 200 kg dendeng dalam seminggu. Adapun untuk pembuatan abon, NC Production mampu membuat 25 kg abon dalam sebulan. Dendeng dijual dengan harga Rp 100.000 per kg, sedangkan abon dijual Rp 75.000 per setengah kg.
”Meskipun terbilang mahal, dendeng dan abon ini selalu habis terjual. Bahkan, permintaan melonjak hingga dua kali lipat saat hari raya Lebaran dan Natal sehingga kami kewalahan,” papar Nicolaus.
Ia mampu meraup penghasilan kotor hingga Rp 30 juta per bulan. Setelah dipotong biaya operasional, termasuk membayar gaji delapan pegawai, Nicolaus mengantongi pendapatan bersih sekitar Rp 18 juta per bulan.
Di tengah menjamurnya pedagang lain untuk komoditas serupa, Nicolaus terbukti tangguh mempertahankan usahanya. Itu berkat konsistensinya menjaga kualitas rasa dengan tidak mencampur aduk bahan pembuatan dendeng dan abon bersama daging sapi.
NC Production juga mendaftarkan produknya ke Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan agar pembeli tidak khawatir akan higienitas produknya.
Keberhasilan yang diraih Nicolaus ini tidak membuatnya tinggi hati. Dia justru menularkan kemampuannya kepada masyarakat Merauke yang tinggal di kota ataupun di daerah terpencil, seperti Distrik Sota dan Muting.
Sejak tahun 2003, Nicolaus dan putra kelimanya, Michael Meky Tjong (25), mengajarkan masyarakat cara membuat dendeng dan abon rusa. Ia juga mengajari warga sekitar mengolah ikan gabus menjadi ikan asin yang enak.
”Saya tidak memungut ongkos dari warga untuk pelatihan ini. Saya hanya meminta mereka membawa 10 ekor ikan gabus untuk bahan praktik,” ujar Nicolaus.
Ia berharap mampu menularkan kemampuannya guna meningkatkan pendapatan masyarakat di Merauke dan sekitarnya. Dengan demikian, pemassalan usaha tersebut diharapkan kian menguatkan nama besar Merauke sebagai penghasil dendeng dan abon rusa di Tanah Air.
Nicolaus juga berobsesi memasarkan produknya di kota-kota lain di Indonesia. Sejak didirikan tahun 1998, NC Production masih menjual produk di Merauke. ”Besarnya ongkos kirim dan adanya aturan yang melindungi populasi rusa membuat kami enggan menjual produk di luar Merauke,” katanya.
Dengan usia yang kian renta, Nicolaus mulai memercayakan usahanya kepada tiga dari sembilan anaknya. Ia berharap ketiga anaknya mampu mengembangkan usaha, terutama membuka cabang di Merauke dan sekitarnya. Saat ini pemasaran produk baru dilakukan oleh puluhan pedagang pengecer di pasar baru Merauke.
Salah satu putranya, Michael, berharap pemerintah daerah membantu NC Production dan pengusaha lainnya dalam pemasaran produk di luar Merauke. Pemerintah daerah diminta memfasilitasi pengusaha produk makanan di Merauke dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.
Ia khawatir minimnya peranan pemerintah membuat kualitas produk makanan yang dihasilkan semakin menurun karena pengusaha semata-mata mengejar keuntungan.
”Jika itu yang terjadi, tidak hanya satu atau dua pedagang yang akan dicap buruk oleh pembeli, tetapi seluruh pedagang di Merauke,” tutur Michael
No comments:
Post a Comment