Sunday, November 14, 2010

Modifikasi Manajemen Pertanaman Beras Sangat Dibutuhkan

Produksi beras dengan biaya murah, tetapi mendapat hasil yang tinggi menjadi tuntutan masa depan. Oleh karena itu, dibutuhkan modifikasi dalam manajemen pertanaman, pertanahan, air, dan nutrisi.

Hal itu terungkap dalam diskusi pada Kongres Beras Internasional ke-3, Selasa (9/11) di Hanoi, Vietnam, yang bertema ”Apa Tuntutan Pemenuhan Pasokan Beras yang Berkelanjutan bagi Generasi Mendatang?”

Norman Uphoff dari Cornell University, yang juga mantan peneliti di International Rice Research Institute, menyatakan, pengembangan pertanian abad ke-21 harus berbeda dengan abad ke-20 karena kondisi faktual yang dihadapi juga berbeda.

”Perbedaan memerlukan pendekatan baru, yakni memproduksi beras dengan biaya lebih hemat untuk mendapatkan produksi yang tinggi,” katanya.

Dijelaskan, lebih dari 40 negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin mengembangkan sistem pertanaman padi terintegrasi (system of rice intensification/ SRI) melalui pendekatan agroekologi.

”Manajemen pertanaman diperlukan, mulai dari perakaran, pengelolaan tanah, hingga perbenihan,” ujarnya.

Dengan SRI, produktivitas padi naik dua kali lipat dengan biaya produksi yang lebih rendah.

CEO Syngenta Mike Mack sependapat dengan hal itu. Pemimpin perusahaan terbesar pengelola bisnis perlindungan tanaman ini mengingatkan, pada masa depan yang terpenting memproduksi beras dengan produktivitas tinggi dan aman dikonsumsi.

Dijelaskan, dengan populasi penduduk yang meningkat, tak mungkin mengandalkan produksi beras organik untuk mencukupi kebutuhan pangan dunia. Dukungan teknologi dan keterlibatan industri juga diperlukan.

Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung menyatakan, beras penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan global. Ini terutama di negara-negara Asia, yang merupakan produsen dan konsumen beras terbesar beras.

Tan Dung menjelaskan, dalam 20 tahun terakhir, pencapaian Vietnam dan produksi dan perdagangan beras relatif bagus. Pengembangan produksi beras telah mengubah Vietnam dari negara rawan kekurangan pangan menjadi eksportir beras terbesar kedua di dunia. Dalam 22 tahun terakhir, total beras yang diekspor Vietnam 75 juta ton atau senilai 21 miliar dollar AS.

”Tantangan utama Vietnam adalah peningkatan populasi penduduk, penurunan daya dukung lahan dan air, dan bencana seperti banjir,” katanya.

Karena itu, kata Tan Dung, Pemerintah Vietnam fokus pada langkah menyeimbangkan kebutuhan lahan beras, peningkatan infrastruktur pengelolaan air, serta mekanisasi budidaya dan pengolahan hasil.

No comments:

Post a Comment