”Hingga pantauan terakhir kami pada Kamis kemarin pukul 18.00, tidak dideteksi adanya gangguan. Sebanyak 195 penerbangan juga telah diberangkatkan dari Bandara Soekarno- Hatta ataupun dari beberapa kota tujuan di dalam dan luar negeri,” kata VP Corporate Communications Garuda Indonesia Pujobroto di Jakarta.
Hasil rapat dengar pendapat dengan Komisi V DPR, Kamis kemarin, menyimpulkan bahwa atas kekacauan jadwal penerbangan Garuda, perlu dilakukan investigasi dan audit secara menyeluruh.
”Hasil audit tersebut nantinya diminta disampaikan secara terbuka kepada Komisi V DPR dan masyarakat luas. DPR juga meminta direksi PT Garuda Indonesia memberikan sanksi dan tindakan tegas kepada pihak-pihak yang teledor ataupun sengaja pada peristiwa itu,” kata Pujobroto.
Dia juga meluruskan kondisi penerbangan Garuda pada Rabu, dua hari lalu. ”Sebenarnya, tidak ada pembatalan penerbangan pada Rabu kemarin, apalagi sampai 18 penerbangan. Ada beda antara pembatalan penerbangan atau cancel dan tidak terbang atau no flight,” ujarnya.
”Nah, pada Rabu kemarin, menurut catatan kami, bahkan terdapat 103 penerbangan Garuda yang berjalan normal. Penerbangan terakhir Garuda pada hari Rabu lalu masing-masing GA-884 tujuan Tokyo dan GA-894 tujuan Shanghai bahkan berangkat sesuai jadwal pukul 23.50 dan pukul 23.55 WIB,” kata Pujobroto.
Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar menambahkan, bila Garuda tidak terbang tak terjadi kerugian, tetapi kehilangan potensi pendapatan. ”Bila tak terbang kan tidak mengeluarkan biaya operasional untuk menerbangkan pesawat itu,” katanya.
Dari Jeddah, wartawan Kompas
Jemaah harus menunggu pemberangkatan di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, Arab Saudi, hingga lebih dari 24 jam.
Berbagai alasan yang diajukan pihak Garuda di Jeddah kerap berubah. Semula mereka beralasan keterlambatan pemulangan jemaah haji yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) awal lantaran padatnya jadwal pemberangkatan di Bandara King Abdul Aziz.
Pada kesempatan lain disebutkan karena terjadi semacam salah pengertian antara pihak Garuda dan pengelola bandara.
”Garuda payah. Kru beralasan ada salah pengertian dengan pengelola bandara, yang menyangka (pesawat) Garuda rusak,” kata AM Suyad, salah satu anggota jemaah kloter 5 JKG Tangerang Selatan, Banten, dengan nada kesal.
Sebanyak 455 anggota jemaah haji reguler kloter 5 JKG Tangerang Selatan semula dijadwalkan kembali ke Tanah Air pada Rabu pukul 17.00 waktu setempat.
Belakangan keberangkatan diundur hingga pukul 21.00, tetapi hingga Kamis dini hari mereka tetap dibiarkan menunggu di bandara dalam kondisi kelaparan.
”Para penumpang jelas marah. Ditambah keharusan datang 3 jam sebelum keberangkatan, berarti lebih dari 15 jam kami harus menunggu dalam ketidakpastian sebelum akhirnya bisa naik ke pesawat. Selama menunggu, pihak Garuda tidak menyediakan makanan,” katanya.
Mukhlisin Aziz, yang ikut biro penyelenggara haji dan umroh Patuha, malah harus menunggu 26 jam sebelum akhirnya pesawat Garuda yang ia tumpangi diberangkatkan Rabu malam.
Sebelum itu, jemaah haji kloter lebih awal harus menunggu lebih lama lagi, hingga di atas 30 jam, di Bandara King Abdul Aziz.
”Kalau keterlambatan pada hari-hari awal pemulangan jemaah haji 6-8 jam, kami masih bisa terima, tetapi kalau sudah di atas 10 jam, apalagi ada yang 24-30 jam, Garuda harus bertanggung jawab atas pembengkakan biaya akomodasi
No comments:
Post a Comment