Demikian dikatakan Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Jumat (19/11) di Jakarta, seusai bertemu Wakil Menteri Transportasi China Feng Zhenglin. Pertemuan dihadiri Duta Besar China untuk Indonesia Zhang Qiyue dan Wakil General Manager China Harbour Engineering Liu Guofang.
Menurut Freddy, Indonesia dan China sebelumnya sudah menandatangani nota kesepahaman. Nota kesepahaman itu itu menyangkut kerja sama pembangunan transportasi.
”Dalam waktu dekat, akan ada working agreement di tingkat Direktur Jenderal antardua negara,” ujar Menteri Perhubungan.
Pembangunan Pelabuhan Socah, katanya, akan dimulai tahun 2011. Pembebasan lahannya dikerjakan pemerintah daerah.
Pelabuhan Socah berlokasi di sisi utara Kota Surabaya, di seberang Selat Madura. PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III telah lama berencana mengembangkannya menjadi pelabuhan peti kemas.
Untuk kelancaran akses jalan darat menuju pelabuhan tersebut, seharusnya dibangun jalan tol penghubung menuju Jembatan Suramadu. Ini karena lokasi pelabuhan tersebut berada di barat kota Bangkalan.
Menurut Menhub, salah satu perusahaan yang akan berinvestasi di Pelabuhan Socah adalah China Harbour Engineering Company (CHEC), yakni badan usaha milik Pemerintah China.
”Perusahaan itu diminta bekerja sama dengan Pelindo,” ujar Freddy.
China, lanjut Freddy, optimistis bahwa dalam 30-40 tahun ke depan investasi mereka di Pelabuhan Socah sudah kembali. Setelah itu, Pelabuhan Socah dapat diambil alih oleh Pemerintah Indonesia.
Zhang Qiyue yakin investasi pelabuhan ini akan berhasil. ”Indonesia terus-menerus menumbuhkan iklim investasi. Namun, yang tak kalah pentingnya adalah konsistensi dalam kebijakan,” ujar Zhang.
Ia menegaskan, China serius berinvestasi di Indonesia. Perusahaan besar, seperti China Harbour, sudah datang. ”Selain itu, ada perusahaan lain, seperti Huawei. Total ada sekitar 700 perusahaan China di Indonesia,” kata Zhang.
CHEC merupakan divisi internasional dari China Communications Construction Company. Di China daratan, CHEC membangun proyek pelabuhan, jalan, bangunan gedung, terowongan, dan kereta api.
Selain dibangun pelabuhan, di kawasan Socah, juga akan dibangun kawasan industri oleh Madura Industrial Seaport City (MICI). MICI adalah anak perusahaan dari PT Lamicitra Nusantara Tbk.
Dari situs internetnya disebutkan, luas proyek Lamicitra Nusantara mencapai 10.000 hektar. Pembangunan proyek ini dibagi dalam 10 fase, yang masing- masing bernilai 600 juta dollar AS.
Selain investasi di pelabuhan, China juga tertarik berinvestasi di sektor perkeretaapian. Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Perkeretaapian, terbuka investasi asing di bidang perkeretaapian.
”Kami akan arahkan untuk bekerja sama dengan Railink untuk membangun kereta bandara dari Soekarno-Hatta menuju pusat kota,” ujar Freddy.
Dari perhitungan Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, dibutuhkan Rp 10 triliun untuk pembangunan KA bandara. Dana tersebut termasuk untuk pembebasan lahan sebesar Rp 1,5 triliun.
Adapun untuk membangun rel dari Angke hingga ke Bandara Soekarno-Hatta, sepanjang 19 kilometer, dibutuhkan investasi Rp 7 triliun. Rel tersebut diperkirakan akan dibangun di sisi utara Jalan Tol Sedyatmo.
Investasi KA bandara ini mendesak untuk direalisasikan karena kepadatan arus lalu lintas jalan menuju bandara sudah sangat padat. Dari Bandara Soekarno-Hatta ke wilayah Jakarta Selatan, misalnya, kini dibutuhkan waktu tempuh 2-3 jam.
Menurut Menteri Perhubungan, investor China juga menanyakan peluang membangun rel KA di luar Jawa, seperti di Sumatera dan Kalimantan. ”Peluangnya ada. Sulawesi Selatan dan Kalimantan Tengah menawarkan pembangunan jalur KA di provinsi itu meski trasenya harus dirancang dahulu,” ujar Freddy.
Di Kalimantan Timur, kata Freddy, investor asal Timur Tengah, Ras Al Khaimah, sedang membangun jalur KA batu bara. Untuk pembangunan jalur rel di luar Jawa, fokusnya pada pengangkutan komoditas.
Sebanyak 85 persen dari laba PT Kereta Api Indonesia disumbang angkutan barang. Ini terutama angkutan KA batu bara di Sumatera Selatan dan Lampung dari tambang PT Bukit Asam Tbk.
No comments:
Post a Comment