Anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN), Aviliani, menyampaikan hal tersebut dalam acara ”Prospek Industri Asuransi ke Depan” di Jakarta, Selasa (30/11). Dia menyoroti proyeksi ekonomi dan peluang investasi tahun 2011.
Seusai acara, Aviliani mengatakan, ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih baik setelah obligasi daerah diperbolehkan karena bisa mendorong investasi jangka pendek.
”Tidak semua daerah dapat menerbitkan obligasi. Tentunya daerah yang ada konektivitasnya, termasuk daerah yang APBD-nya besar, maka akan signifikan,” ujar Aviliani.
Sampai sekarang, pemerintah belum mengizinkan penerbitan obligasi daerah. Padahal, banyak hal yang dapat disokong melalui penerbitan obligasi daerah. Hal itu di antaranya pembangunan infrastruktur yang selama ini lambat.
Aviliani menyebutkan, salah satu langkah strategis yang harus dilakukan pemerintah adalah memperbaiki infrastruktur. Jeleknya infrastruktur saat ini ikut menghambat perekonomian.
Gelembung (bubble) ekonomi, menurut Aviliani, mungkin dapat terjadi. Oleh karena itu, langkah penawaran saham kepada publik melalui IPO merupakan langkah tepat untuk mendorong masuknya dana ke sektor riil.
Asumsi makroekonomi Indonesia tahun 2011, pertumbuhan ekonomi 6,3 persen dan inflasi 5,3 persen. Pertumbuhan konsumsi swasta diproyeksikan 5,3 persen-5,5 persen, sedangkan konsumsi pemerintah tumbuh 6,3 persen-6,5 persen.
Pada tahun-tahun mendatang,
Presiden Direktur Bank Permata David Martin Fletcher mengatakan, banyak kesempatan yang bisa dimanfaatkan perbankan menghadapi cerahnya prospek ekonomi pada masa datang.
Per September 2010, kredit yang dikucurkan perbankan di Indonesia sebesar Rp 1.659 triliun, sedangkan dana yang dihimpun Rp 2.144 triliun.
Wiwie Kurnia, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan, memperkirakan tahun 2011, aset perusahaan pembiayaan mencapai Rp 275 triliun.
No comments:
Post a Comment