Diharapkan, pembangunan pabrik tersebut akan selesai pada 2012, dengan kapasitas produksi 100.000 ton per tahun. Saat ini PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) hanya mengoperasikan paper machine 1 (PM1) berkapasitas 9.000 ton per tahun. ”Pendirian paper machine 2 adalah bagian dari restrukturisasi perusahaan yang akan berlangsung antara dua dan tiga tahun ke depan. Juga dilakukan perbaikan struktur keuangan dan permodalan, restrukturisasi utang, serta penjualan bisnis sampingan kami,” kata Direktur Utama PT KBRI Glenn M Surya Jusuf di Jakarta, Senin (22/11).
Saat ini proses pembangunan PM2 telah 90 persen. ”Proses pembangunan yang tersisa 10 persen ini akan dibiayai oleh bank nasional dengan nilai pinjaman 50 juta dollar AS,” kata Direktur KBRI Theo Satria.
Bahan baku bagi PM2 dan distribusi kertasnya, kata Theo, dijamin berkat kerja sama dengan perusahaan perdagangan pulp dan kertas CellMark.
Theo menegaskan, karena ada isu green, CellMark sudah berkomitmen untuk mencari pulp yang disertifikasi ecolabelling. Tujuannya agar produk kertas KBRI mudah diserap pasar.
”Sekitar 90 persen produknya pun nantinya diekspor. Produk utamanya kertas fotokopi 80 gram,” ujarnya. Nantinya, bahan baku PM2 disuplai hutan tanaman industri. Hutan seluas 100.000 hektar di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, akan ditanami pohon akasia mangium meski investasi di HTI baru dikerjakan dengan serius mulai tahun 2012.
Hingga 30 September 2010, laba bersih KBRI naik menjadi Rp 74,31 miliar atau 222,85 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2009. Laba didapat dari keuntungan selisih kurs dan penjualan anak perusahaan.
No comments:
Post a Comment