Berbicara dalam jumpa wartawan di Jakarta, Selasa (9/11), Suswono menegaskan, pemerintah berniat membeli sapi-sapi milik petani yang berada di kawasan bahaya letusan Gunung Merapi. Hanya saja, tidak semua petani mau menjual sapi-sapi mereka dan memilih kembali ke tempat tinggal setiap hari untuk memberi pakan bagi ternak mereka. Ini sangat membahayakan nyawa mereka.
”Lagi pula langkah mengungsikan sapi-sapi ini karena dana yang disediakan pemerintah sebesar Rp 100 miliar untuk membeli sapi petani tidak cukup. Sejauh ini, jumlah sapi yang ada 61.884 ekor. Dengan harga yang rata-rata Rp 10 juta per ekor, dana yang diperlukan mencapai Rp 600 miliar lebih,” ujar Suswono.
Jumlah sapi ini juga berdasarkan identifikasi di kawasan bahaya yang masih sekitar 10 kilometer dari Gunung Merapi. Padahal, ujar Suswono, kini kawasan bahaya sudah mencapai 20 kilometer. Jadi, jumlah sapi yang ada bisa lebih banyak lagi. Itu berarti dana yang harus disiapkan lebih besar lagi.
Karena itu, pemerintah sudah membentuk tim yang akan mengidentifikasi evakuasi dan distribusi sapi-sapi itu ke pusat- pusat penampungan yang disiapkan pemerintah. ”Tim ini melibatkan para ahli, termasuk dokter hewan dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dan Universitas Diponegoro, Semarang. Juga para mahasiswa peternakan yang ada,” ujar Suswono. Di sana juga akan disediakan pakan bagi ternak-ternak itu.
Dikatakan, tim ini sudah mulai bekerja mengidentifikasi sapi- sapi yang ada untuk selanjutnya diangkut ke pusat penampungan yang akan disiapkan. Di sana juga akan disiapkan pakan dan keperluan lainnya sehingga petani tidak perlu lagi kembali ke tempat tinggal mereka yang berada di kawasan bahaya.
Berkenaan tanaman hortikultura yang mati, Kementerian Pertanian akan menyiapkan bibit yang bisa segera tumbuh pendek. ”Salak banyak yang mati, tetapi itu tanaman jangka panjang,” ujar Suswono
No comments:
Post a Comment