Tuesday, November 30, 2010

Industri Batik Tanah Air Terancam Gulung Tikar

Saat ini industri batik mulai terancam. Hal itu disebabkan pemerintah gagal dalam menekan ekspor gondorukem. Akibatnya, perajin sulit meningkatkan produktivitas pembuatan batik tulis.

Hal itu terungkap dalam pembukaan pameran batik ”Jawa Tengah, Inspirasi Batik Indonesia” yang dibuka Menteri Perindustrian MS Hidayat di Jakarta, Selasa (30/11).

Dudung, perajin batik Pekalongan, Jateng, menjelaskan, gondorukem merupakan salah satu dari tujuh komposisi bahan baku untuk membuat malam (lilin batik).

Gondorukem sangat dibutuhkan oleh malam yang digunakan sebagai proses awal memproduksi batik tulis.

”Sekarang ini harga malam di pasaran sudah naik dari Rp 10.000 menjadi Rp 35.000 per kilogram. Kelangkaan bahan baku malam menyebabkan perajin yang sehari membutuhkan sekitar lima kilogram kini hanya bisa memperoleh satu kilogram per hari,” ungkap Dudung.

Hal senada diungkapkan perajin batik Romi dan Komar. Kedua perajin ini menuturkan, nasib perajin batik semakin berat. Padahal, produksi batik sangat menopang kehidupan masyarakat karena batik sudah menjadi industri rumahan.

”Kelangkaan bahan baku menggambarkan kondisi perbatikan Indonesia justru diserang dari dalam lembaga pemerintahan sendiri,” kata Romi selaku pengurus Pengembangan Budaya Yayasan Batik Indonesia.

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah Kota Pekalongan Slamet Prihantono mengatakan, di Pekalongan ada sekitar 600 perajin batik.

”Kami sudah mengirim surat kepada PT Perhutani agar menjaga pasokan gondorukem untuk kebutuhan domestik. Namun, Perhutani menyatakan sudah terikat kontrak ekspor,” tutur Slamet Prihantono.

No comments:

Post a Comment