Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta mencatat inflasi Agustus 2015 sebesar 0,51 persen (mont to month/mtm), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,97 persen. Namun, inflasi di ibukota jauh lebih tinggi dibandingkan catatan inflasi nasional versi Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 0,39 persen.
Selain itu Direktur BI DKI Jakarta Doni P. Joewono menyatakan, inflasi di bulan ke delapan tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi pasca Lebaran dalam empat tahun terakhir yang mencapai 0,48 persen.
“Tingginya inflasi DKI Jakarta akibat peningkatan harga daging akibat adanya gangguan pasokan. Selain itu, tekanan inflasi juga muncul dari kelompok pendidikan yang pada tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Doni melalui keterangan resmi, dikutip Kamis (3/9).
Ia menjelaskan, sepanjang bulan lalu sentimen persiapan hari raya Idul Adha telah membuat harga daging sapi menjadi lebih tinggi. Kondisi tersebut mendorong pemerintah DKI Jakarta menyelenggarakan operasi pasar khusus komoditas daging sapi. “Akan tetapi pada realisasinya, penyerapan daging sapi operasi pasar sangatlah minim. Faktor utama minimnya penyerapan operasi pasar dan rendahnya dampak terhadap pergerakan harga adalah karena pola konsumsi masyarakat yang lebih suka mengonsumsi daging hangat (fresh cut) daripada daging beku yang digunakan dalam operasi pasar,” jelasnya.
Selain itu, masih berlanjutnya anomali cuaca terkait el-Nino yang menyebabkan kekeringan pada daerah produksi bahan pangan, juga turut menjadi perhatian utama karena akan berdampak pada berkurangnya beberapa pasokan utama bahan pangan dan berdampak buruk terhadap inflasi bahan pangan.
“Terkait hal itu, tim pengendali inflasi daerah (TPID) Jakarta perlu menguatkan koordinasi dan mengambil langkah dalam menjaga kecukupan pasokan, memperbaiki manajemen stok, melancarkan distribusi dan mengendalikan ekspektasi inflasi masyarakat,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment