Tuesday, September 1, 2015

Inflasi Agustus 2015 Hanya 0,39 Persen Terendah Dalam 8 Tahun Dengan 37 Kota Alami Deflasi

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan laju inflasi Agustus 2015 yang tercatat mencapai 0,39 persen, merupakan tingkat inflasi terendah pada bulan yang sama dalam enam tahun terakhir.  "Inflasi Agustus ini terendah sejak 2010, bahkan kalau mau ditarik lagi ke belakang (inflasi rendah ini) sejak 2007," katanya di Jakarta, Selasa, 31 Agustus 2015.

Suryamin menjelaskan salah satu penyebab inflasi tidak terlalu tinggi pada Agustus 2015, adalah turunnya tarif angkutan darat, laut maupun udara pasca-Lebaran serta rendahnya harga sayuran di beberapa daerah. "Deflasi terjadi pada sektor transportasi dan barang-barang hasil pertanian, terutama setelah Lebaran kemarin," ujarnya.

BPS mencatat inflasi pada Agustus 2010 sebesar 0,76 persen, Agustus 2011 sebesar 0,93 persen, dan Agustus 2012 sebesar 0,95 persen. Kemudian pada Agustus 2013 sebesar 1,12 persen dan Agustus 2014 sebesar 0,47 persen. Suryamin membantah rendahnya inflasi pada Agustus 2015 disebabkan oleh turunnya daya beli masyarakat, karena permintaan terhadap angkutan udara tetap tinggi hingga mencapai 6,4 juta orang, atau tertinggi sejak Januari 2010.

"Kami menduga ini bukan karena daya beli menurun, karena jumlah penumpang yang naik pesawat pada Agustus mencapai 6,4 juta. Dari sini sudah terlihat tingginya permintaan terhadap angkutan udara," jelasnya. Beberapa komoditas yang menjadi penyumbang deflasi pada Agustus 2015 karena mengalami penurunan harga adalah bawang merah, tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota, tomat sayur, ikan segar, petai, emas perhiasan dan tarif kereta api.

Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga dominan menyumbang inflasi antara lain daging ayam ras, beras, cabai rawit, uang sekolah SD, telur ayam ras, uang sekolah SMP, uang sekolah SMA, dan mie. Selain itu, nasi dengan lauk, daging sapi, bayam, buncis, kacang panjang, kangkung, cabai merah, soto, rokok kretek filter, tarif kontrak rumah, tarif sewa rumah, tarif listrik, upah pembantu rumah tangga, tarif rumah sakit, uang kuliah, biaya bimbingan belajar dan tarif tol.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka deflasi selama periode Agustus 2015. Deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Berikut pemicu deflasi sepanjang Agustus 2015 atau yang harganya turun, yakni:

Bawang merah turun 15,92 persen, dengan andil ke deflasi 0,08 persen. "Karena pasokan ke pasarnya cukup," kata Kepala BPS Suryamin di kantornya pada Selasa, 1 September 2015. Penurunan terjadi di 77 kota, tertinggi di Banyuwangi dan Tanjung Pandan. Tarif angkutan udara juga menurun 4,7 persen karena harga kembali normal pasca Lebaran. Andil ke deflasi 0,07 persen. Penurunan terjadi di 37 kota, tertinggi di Singkawang, Pontianak, dan Manado.

Tarif bus antar kota juga menurun untuk alasan serupa, sebesar 6,08 persen. Andil ke deflasi 0,05 persen. Penurunan tertinggi di Purwokerto, Cirebon, dan Jember. Tomat sayur, turun 8,04 persen. Andil ke deflasi 0,02 persen karena pasokan banyak di awal musim panas. Penurunan di 52 kota, tertinggi Manado, Gorontalo.

Emas perhiasan turun 1,1 persen. Andil ke deflasi 0,01 persen. Penyebab deflasi karena mengikuti pergerakan harga dunia. Penurunan harga terjadi di 61 kota, tertinggi di Tanjung Pandan, Singkawang, Probolinggo, dan Semarang.  Sementara tarif kereta api turun 5,46 persen, dengan andil ke deflasi 0,01 persen karena harga normal setelah Lebaran. Penurunan terjadi di 19 kota, tertinggi di Cirebon dan Semarang.

Deflasi tertinggi berada di Ambon, dengan angka 1,72 persen. Secara keseluruhan, inflasi Agustus ini merupakan yang terendah semenjak tahun 2007 lalu. Angka inflasi year on year menjadi 7,18 persen. Suryamin mengatakan masih ada kemungkinan untuk mencapai target inflasi pada 2015 sebesar 4,5 persen.

Survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa hingga pekan terakhir Agustus inflasi mencapai 0,3 persen secara bulanan, lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi Agustus dalam lima tahun terakhir. "Inflasi berdasarkan survei minggu keempat ada di kisaran 0,3 persen. Kalau betul itu 0,3 persen, IHK (indeks harga konsumen) kita jadinya 7,08 year on year," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (28 Agustus 2015).

Agus menuturkan inflasi Agustus secara tahunan, yang apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya mengalami penurunan dari 7,26 persen menjadi 7,08 persen, merupakan pencapaian yang baik. "Kita sama-sama ikuti, inflasi yang rendah itu adalah salah satu indikator yang penting," ujar Agus. Yang perlu diwaspadai, menurut dia, adalah tekanan dari komoditas daging ayam, telur ayam, daging sapi, dan beras.

Sementara yang mengalami deflasi adalah yang terkait dengan pengangkutan antar daerah dan bawang merah. "Tentu nanti akan kita lihat pemerintah memberikan perhatian terhadap komoditi tadi," kata Agus. Bank Indonesia yakin sepanjang 2015 inflasi akan mencapai target empat plus minus satu persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan tingkat inflasi Agustus 2015 sebesar 0,39 persen. Kepala BPS Suryamin mengatakan angka ini merupakan yang terendah sejak 2007. "Ini menunjukkan pengendalian inflasi sudah membaik, terutama di daerah-daerah," ucap Suryamin di kantornya, Selasa, 1 September 2015. Angka inflasi ini pun menurunkan angka inflasi secarayear-on-year (YoY) menjadi 7,18 persen.

Bulan lalu, 50 kota mengalami inflasi dan 23 kota lain mengalami deflasi. Inflasi tertinggi dialami Tanjung Pandan, yakni sebesar 2,29 persen, dan terendah di Sumenep, Kediri, dan Probolinggo sebesar 0,25 persen. Faktor yang mempengaruhi inflasi bulan ini dari sektor pendidikan, transportasi, dan rekreasi. Sebab, Agustus bertepatan dengan mulainya tahun ajaran baru semua tingkat pendidikan. Untuk itu, angka inflasi sektor ini mencapai 1,71 persen.

Sedangkan sektor yang banyak membuat resah beberapa waktu lalu, yakni makanan, menyumbang inflasi tak mencapai 1 persen. Angka 0,91 persen untuk sektor ini pun lebih banyak disumbang mahalnya harga sayuran.  "Karena bahan pokok ini mahal, jadi berimbas pula ke produk jadi. Harganya ikut naik," tutur Suryamin.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan angka inflasi Agustus sebesar 0,3 persen. Jadi, secara YoY, inflasi diperkirakan berada pada level 7,08 persen. Pencapaian ini, menurut dia, merupakan suatu langkah yang baik untuk mencapai target inflasi 4,5 persen pada akhir 2015. Agus mengatakan inflasi akan disumbang oleh daging ayam ras, telur ayam ras, dan beras. Sedangkan deflasi terjadi untuk bawang merah dan angkutan antarkota.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan tahun ajaran baru sekolah menjadi salah satu penyumbang laju inflasi pada Agustus 2015 yang tercatat 0,39 persen. "Sektor pendidikan, rekreasi dan olahraga merupakan komponen kelompok pengeluaran utama yang menyumbang inflasi di Agustus, karena mulai tahun ajaran baru di SD, SLTP dan SLTA," katanya di Jakarta, Selasa, 1 September 2015.

Dengan inflasi pada Agustus tercatat 0,39 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2015 telah mencapai 2,29 persen dan inflasi secara tahunan (year on year) 7,18 persen. Sedangkan, laju inflasi komponen inti pada Agustus tercatat mencapai 0,52 persen dan tingkat inflasi inti secara tahunan (year on year) sebesar 4,92 persen. Selain kontribusi dari kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang pada Agustus tercatat inflasi 1,72 persen, laju inflasi juga didukung kelompok bahan makanan yang menyumbang inflasi 0,91 persen.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau ikut menyumbang inflasi 0,71 persen, diikuti kelompok kesehatan 0,7 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,16 persen serta kelompok sandang 0,01 persen. "Hanya kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mengalami deflasi pada Agustus yaitu 0,58 persen, karena adanya penurunan tarif angkutan udara, darat dan laut, seusai lebaran," jelas Suryamin.

Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS mencatat sebanyak 59 kota mengalami inflasi dan 23 menyumbang deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 2,29 persen dan terendah terjadi di Sumenep, Kediri dan Probolinggo masing-masing 0,02 persen. Sementara, deflasi tertinggi terjadi di Ambon yaitu 1,77 persen.

Suryamin mengatakan dari 59 kota yang mengalami inflasi, sebanyak 37 kota menyumbang inflasi 0-0,5 persen, 18 kota mengalami inflasi 0,5-1 persen dan hanya empat kota yang menyumbang inflasi di atas satu persen. Banyaknya kota yang menyumbang inflasi 0-0,5 persen, bahkan ada yang mengalami deflasi, menandakan pengendalian inflasi di daerah sudah bagus. Inflasi tinggi masih terjadi di kota-kota besar yang konsumennya banyak," ujarnya.

No comments:

Post a Comment