Pimpinan The Federal Reserve Janet Yellen baru saja menaikkan suku bunga acuan untuk kali pertama dalam satu dekade terakhir. Jika dilihat secara keseluruhan, kenaikan suku bunga AS pada pekan lalu berjalan lancar dan sukses. Meski Yellen belum mempersiapkan langkah selanjutnya, namun pelaku pasar sudah mulai bertanya-tanya, selanjutnya apa?
Tidak ada pihak yang menyukai ketidakpastian. Dan The Fed sering menyebabkan ketidakpastian dengan mengirimkan sinyal beragam ke market. Misalnya saja pada pekan lalu, bank sentral mengatakan ekonomi AS berjalan cukup baik. Bahkan The Fed memprediksi akan menaikkan empat kali kenaikan suku bunga AS pada tahun depan.
Di sisi lain, Yellen berulang kali menekankan bahwa untuk menaikkan suku bunga, The Fed tidak akan terburu-buru karena ada risiko besar yang mengintai ekonomi dan market. Dia menggunakan kata "bertahap" sebanyak 13 kali dan "akomodatif" tujuh kali. Kunci untuk memahami kemana arah ekonomi AS dan kebijakan The Fed pada tahun depan adalah apa yang bisa menyebabkan bank sentral AS itu cemas. Nah, ini tiga hal yang bisa membuat The Fed terus waspada di tahun depan:
1. Tidak ada inflasi
Tidak ada inflasi menjadi momok bagi The Fed. "Apa yang mencemaskan mereka adalah inflasi. Sepanjang tahun ini kita juga membicarakan mengenai inflasi," ucap Ellen Zentner, chief US economist Morgan Stanley. Dia merupakan salah satu ekonom yang tebakannya benar, di mana The Fed tidak akan menaikkan suku bunga hingga Desember. Target inflasi The Fed saat ini adalah 2 persen. Sementara, tingkat pengukuran angka inflasi saat ini menunjukkan angka 0,4 persen. Bagi warga Amerika kebanyakan, tidak adanya inflasi merupakan hal yang tidak terlalu buruk. Hal ini berarti harga barang-barang mulai dari gas, rumah, hingga pakaian tidak akan banyak mengalami kenaikan. Namun, bagi ekonom di Wall Street dan The Fed, tidak adanya inflasi berarti perekonomian suatu negara tidak sehat. Dalam pernyataannya pekan lalu. Yellen menekankan bahwa komite secara hati-hati mengamati apakah inflasi akan naik pada 2016. "Kami melihat penurunan yang signifikan atas inflasi, sehingga kami akan mengawasi dengan ketat sejumlah hal yang berkaitan dengan prediksi kami," jelas Yellen.
2. China
Kartu liar untuk tahun depan adalah China. Perlambatan ekonomi di negara itu ikut berdampak negatif bagi sejumlah negara lain seperti Brazil dan Kanada. Sulit mendapatkan informasi lengkap mengenai apa yang terjadi di China karena statistik pemerintah di sana tidak dapat diandalkan. Partai Komunis menegaskan bahwa kondisi terburuk pada ekonomi China sudah berlalu setelah terjadi penurunan pasar saham di sepanjang musim panas. Namun, pemerintah Negeri Panda itu memiliki tendensi untuk melakukan intervensi. Pemangkasan nilai mata uang yuan pada Agustus lalu, salah satu contohnya. Kebijakan tersebut memicu reaksi negatif yang akut di seluruh dunia bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada September seperti yang diperkirakan banyak pihak. "The Fed mencemaskan mengenai stabilitas pasar global. Mereka saling bergantung satu sama lain," jelas Tony Bedikian, managing director global markets Citizens Bank.
3. Apa yang akan dilakukan pasar?
Salah satu hal terberat yang sulit dikendalikan The Fed pada tahun depan adalah market. Kenaikan suku bunga pertama pada Desember pada dasarnya merupakan sinyal besar bahwa kenaikan suku bunga akan terus dilakukan. Itu sebabnya, reaksi pasar terbilang kecil dan sesuai prediksi. Namun, belum-belum, ada ketidakselarasan antara The Fed dan Wall Street. The Fed akan mengimplementasikan sebanyak empat kali kenaikan suku bunga acuan pada tahun depan. Sementara, mayoritas ekonom Wall Street meramal hanya dua atau tiga kali kenaikan.
No comments:
Post a Comment