Direktur Pengembangan Antam Johan Nababan mengaku ketiga perusahaan telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan investor asal China tersebut pada Sabtu (12/12) lalu di Hong Kong. “Untuk smelter Mempawah, kami sudah teken MoU dengan Alumunium Corporation of China. Penandatanganannya Sabtu kemarin di Hong Kong, disaksikan langsung oleh Ibu Menteri BUMN Rini Soemarno,” ungkap Johan .
Johan menambahkan, saat ini manajemen bersiap untuk kembali ke Indonesia guna menindaklanjuti proses kerjasama tersebut. Ia mengaku bakal mempersiapkan proses due diligence dan pola kepemilikan saham pada proyek tersebut nantinya. “Nantinya kami sama-sama buat perjanjian dan due diligence. Tapi tetap arahannya mayoritas dipegang Antam dan Inalum sebesar 51 persen, sisanya baru China,” jelas Johan. Dengan adanya MoU tersebut, berarti tuntas sudah teka-teki siapa pemodal asing yang bakal ikut menggarap smelter yang diperkirakan bakal menghabiskan dana senilai US$ 1,8 miliar. Sebelumnya, terdapat tujuh perusahaan yang tergiur untuk ikut menggarap proyek tersebut.
Tujuh perusahaan yang mengajukan proposal menjadi mitra Antam-Inalum berasal dari berbagai negara seperti China, Rusia, Dubai dan Uni Emirat Arab. Untuk diketahui, manajemen Antam menargetkan bisa melakukan ground breaking proyek smelterMempawah pada kuartal II 2016. Smelter tersebut diperkirakan mampu memproduksi 1,6 metrik ton alumunium per tahun setelah beroperasi. Namun, manajemen berharap produksi bisa mencapai 2 juta metrik ton per tahun untuk memenuhi tingkat keekonomian.
Sebelumnya, pada Juni lalu Antam telah lebih dulu menggandeng sesama pelat merah, yaitu Inalum dalam menggarap smelter tersebut. Rencana kerjasama antara Antam dan Inalum antara lain mencakup pencarian, evaluasi dan seleksi calon mitra untuk pembangunan pabrik SGA, penetapan skema kerjasama, persiapan pendirian perusahaan patungan dan melakukan kajian komprehensif di antaranya dalam hal aspek legal, finansial serta teknis-operasional.
Dari sisi kinerja, Antam mengalami pelemahan kinerja yang drastis pada sembilan bulan pertama tahun ini. Rugi bersih Antam berlipat hingga mencapai Rp 1,04 triliun dari periode yang sama 2014 sebesar Rp 590,37 miliar karena bengkaknya biaya produksi. Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dikutip Senin (30/11), penjualan Antam pada sembilan bulan pertama 2015 meningkat 55,59 persen menjadi Rp 9,04 triliun, dari Rp 5,81 triliun pada periode yang sama pada 2014. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) kerja sama pembangunan pabrik smelter grade alumina (SGA) senilai US$ 1,8 miliar di Mempawah, Kalimantan Barat.
“Kerjasama Antam dengan Inalum merupakan langkah penting dalam upaya kami untuk terus meningkatkan nilai cadangan bauksit Indonesia yang besar serta mendukung sinergi antar BUMN,” ujar Direktur Utama Aneka Tambang (Antam), Tedy Badrujaman dalam keterangan resmi, Rabu (8/7). Direktur Utama Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), Winardi mengatakan kemitraan dengan Antam akan mendukung keberadaan industri hilir bauksit di Indonesia dalam memberikan nilai tambah. "Kerjasama ini juga akan menjadi momentum positif untuk mendukung integrasi bisnis di komoditas bauksit,” jelasnya
Rencana kerjasama antara Antam dan Inalum antara lain mencakup pencarian, evaluasi dan seleksi calon mitra untuk pembangunan pabrik SGA, penetapan skema kerjasama, persiapan pendirian perusahaan patungan dan melakukan kajian komprehensif diantaranya dalam hal aspek legal, finansial serta teknis-operasional.
Direktur Pengembangan Antam, Johan Nababan mengatakan untuk tahap awal, perusahaannya akan bermitra dengan Inalum dalam pembangunan proyek smelter grade alumina senilai US$ 1,8 miliar di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Setelah itu, Antam akan menggelar tender untuk mencari pihak ketiga sebagai pelaksana proyek tersebut. "Jadi dengan Inalum nanti kami berdua jadi mayoritas, kemudian mencari pihak ketiga. Sekarang masuk tahap pembahasan tender dan pemilihan pihak ketiga," tutur Johan belum lama ini.
Johan mengungkapkan, manajemen Antam menargetkan bisa melakukan ground breaking pada kuartal II 2016. Sementara itu, terkait siapa saja pihak ketiga yang sudah tertarik untuk terlibat dalam proyek tersebut, Johan menyatakan ada perusahaan dari tiga negara. "Ada dari Dubai Alumunium (Dubal), Rusia Alumunium (Rusal), dan dari Tiongkok," tutur Johan.
Sebagai informasi, Inalum merupakan pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang industri peleburan aluminium. Inalum didirikan pada tanggal 6 Januari 1976 dan sebelumnya merupakan perusahaan patungan dengan Pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co Ltd. Pada tanggal 19 Desember 2013 Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki pihak konsorsium Jepang itu sehingga sepenuhnya menjadi milik Pemerintah Indonesia.
No comments:
Post a Comment