Saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) dan PT Blue Bird Tbk (BIRD) melonjak pada perdagangan hari ini setelah beredarnya pelarangan operasi ojek melalui aplikasi daring pada Kamis (17/12) malam. Saham taksi Express bahkan sempat dihentikan perdagangannya (auto rejection) karena harganya melambung melampui batas harga tertinggi yang diperbolehkan.
Hingga pukul 11.10 WIB, saham taksi Express tercatat melonjak hingga 28,44 persen ke level Rp140 per lembar. Sementara itu, saham milik taksi Blue Bird menanjak 9,29 persen ke level Rp 7.650 per lembar. Padahal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah 1,49 persen ke level 4.488.
Dalam pembukaan perdagangan, saham TAXI dibuka langsung menguat 2,75 persen ke level Rp112 per lembar, dari penutupan kemarin di level Rp109. Bahkan, saham TAXI sempat terkena auto rejection penaikan di batas 30 persen. Pasalnya, saham perseroan sempat melonjak hingga 31,19 persen dalam perjalanannya. Kepala Riset First Asia Capital, David Sutyanto mengatakan kedua saham operator taksi tersebut memang terimbas sentimen positif pelarangan operasi ojek melalui aplikasi daring pada Kamis (17/12) malam.
“Sentimen utamanya memang dari pelarangan gojek. Karena memang porsi konsumen taksi rebutan dengan Gojek dan aplikasi sejenisnya,” ujarnya saat dihubungi. Lebih lanjut, menurutnya saham TAXI melonjak lebih tinggi dibandingkan dengan saham BIRD karena secara teknis saham taksi Express telah mengalami pelemahan yang cukup dalam sebelumnya. Pasalnya, jika dihitung sejak awal tahun, saham TAXI sebenarnya telah amblas hingga 88 persen.
“Saham TAXI naik lebih tinggi karena nyolong start. Dalam artian karena mereka sudah turun terlalu parah. Kalau saham Blue Bird kan turunnya tidak terlalu banyak,” jelas David. David menilai, sentimen semacam ini tidak berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Apalagi, lanjutnya, jika sudah ada solusi antara pihak Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan para perusahaan aplikasi transportasi tersebut, maka perdagangan saham taksi akan kembali normal.
“Karena regulasi selalu ketinggalan dengan inovasi. Selama gojek bisa kasih pajak dan memberi retribusi, maka bisa saja legal. Aturan Pak Jonan (Menteri Perhubungan) lebih ke arah teknis. Lebih ke standarisasi. Jadi sebaiknya diarahkan bukan dilarang. Kalau bisa diselesaikan hari ini dan ada win-win solution. Maka mungkin bisa naik minggu ini saja,” jelasnya.
Analis Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe mengatakan pelarangan aplikasi daring untuk ojek tersebut memang menjadi sentimen positif penguatan saham emiten taksi. Namun, ia mengaku hal tersebut tidak berlangsung lama karena pasti akan ada solusinya. “Iya memang karena isunya karena gojek dilarang. Kayaknya tidak lama. Sentimen jangka pendek karena belum tahu kepastiannya. Bisa saja nanti sudah ada solusinya,” kata Kiswoyo.
Kiswoyo menyatakan saham taksi Express dan Blue Bird bakal menguat dalam jangka pendek. Ia menilai penguatan yang tinggi tersebut kemungkinan hanya terjadi pada hari ini saja. “Paling penguatannya cuma sehari dua hari. Saya melihat saham TAXI bisa ditutup di level Rp 140. Kalau saham BIRD mungkin Cuma sampai Rp 7.675 per lembar,” jelasnya
No comments:
Post a Comment