Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno sempat mempertanyakan komitmen empat bank pelat merah yaitu BRI, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk dalam mengkonsolidasikan mesin ATM bank-bank BUMN. “ATM Bersama sekarang komitmennya kapan? Kok mundur terus. Januari 2016? Soalnya katanya mau introduce September kemarin," ujar Rini pada acara Laporan 1 Tahun Kementerian BUMN di Jakarta, Senin (26/10) silam.
Asmawi, yang juga menjabat sebagai ketua Himbara mengungkapkan saat ini akuisisi operator jaringan ATM Bersama Bank BUMN yaitu Artajasa masih berlangsung dan tidak mengalami kendala. "Semoga (akuisisi operator jaringan ATM) awal tahun depan rampung," ujarnya.
Menurut Asmawi, jaringan ATM bersama bank BUMN memungkinkan transaksi nasabah menjadi lebih efisien. Bahkan, biaya transfer antar bank melalui kliring bisa lebih murah dari sebelumnya Rp 5 ribu–Rp 7.500 per transaksi menjadi Rp 4 ribu saja. “Nasabah bisa ambil lewat ATM (bersama) mana saja tarifnya sama, biaya transfer bisa jadi Rp 4 ribu per transaksi," ujarnya.
Kendati biaya transaksi nasabah lebih murah, keberadaan ATM bersama tidak membuat Asmawi takut pendapatan berbasis biaya (fee based income) BRI berkurang. Pasalnya, ATM bersama diyakini bisa menambah jumlah nasabah yang melakukan transaksi melalui ATM, terutama dari nasabah potensial yang selama ini tidak pernah atau jarang menggunakan ATM.
"Biayanya turun tapi jumlah nasabah yang bertransaksi jadi bertambah," ujarnya. Empat bank milik negara akan patungan dana untuk mengakuisisi saham perusahaan penyedia layanan jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) bersama. Hal ini sejalan dengan komitmen Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) mengoperasikan ATM Merah Putih pada akhir tahun ini.
Keempat bank pelat merah tersebut meliputi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Kesepakatan akuisisi saham tersebut telah dibuat keempat bank BUMN tersebut pada 21 Oktober 2015.
“Persoalah lain lagi muncul, yang mau jual (layanan ATM) ini apakah dia mau jual ke kita majority shareholder atau minority. Ini dalam taraf negosiasi,” kata Asmawi Syam, Ketua Himbara yang juga Direktur Utama BRI di kantor Kementerian BUMN, Senin (26/10). Aswami berharap, keempat bank BUMN itu nantinya bisa menjadi pemilik mayoritas perusahaan penyedia layanan ATM agar proses layanan bisa lebih efisien. Saat ini, keempat bank itu belum memiliki penyedia layanan jaringan ATM.
Namun, Asmawi mengingatkan bahwa akusisi penyedia layanan ATM ini akan memakan waktu karena keempat perseroan harus mengantongi izin dari berbagai pihak terkait atas aksi korporasi tersebut. Dia mengatakan, Bank Mandiri telah ditunjuk untuk mencari konsultan terkait transaksi akuisisi itu. Saat ini, prosesnya telah memasuki tahap penilaian dan masih menanti opini dari konsultan.
Meskipun telah mengantongi nama calon perusahaan yang ingin diakuisisi, Asmawi masih enggan membocorkannya. Dia juga tidak mau membocorkan berapa alokasi anggaran yang disiapkan keempat bank BUMN untuk menguasai saham perusahaan swasta tersebut. “Kita berikan kesempatan empat bank itu equal (mendanai) sama-sama,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment