“Partner IT sudah tanda tangan Letter of Intent. Pokoknya perusahaan dalam negeri. Kita kan punya sumber daya manusia yang enggak kalah hebat,” ujarnya saat dihubungi. David menjelaskan, kedua perusahaan menargetkan aplikasi tersebut bisa diluncurkan pada kuartal I tahun depan. Sayangnya, ia enggan menyebut angka pasti nilai kerjasama antara kedua perusahaan tersebut.
“Kami sih targetnya bisa launching kuartal I. Nilai kerjasamanya puluhan miliar lah,” jelasnya. Sementara itu, terkait rencana penjualan aset perusahaan untuk memangkas utang, David menilai pihaknya masih dalam proses dan mencari harga yang tepat. Ia memprediksi aksi penjualan aset properti perseroan di Jabodetabek tersebut bakal terjadi pada tahun depan.
“Masih berjalan. Akhir tahun kayaknya enggak mungkin. Kami punya pandangan ketika properti baik kita jual. Untuk memangkas posisi utang kami eberapa ratus miliar,” jelasnya. Dari sisi kinerja, laba bersih Express anjlok sebesar 89,84 persen pada sembilan bulan pertama 2015 menjadi Rp 11,08 miliar, dari Rp 109,04 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Padahal perseroan berhasil mencetak pendapatan sebesar Rp 721,4 miliar sampai dengan September 2015, naik 13 persen dari periode yang sama 2014.
Jebloknya laba bersih Express disebabkan oleh melonjaknya beban langsung perseroan sebesar 6,71 persen menjadi Rp 485,48 miliar, dari Rp 361,23 miliar. Secara rinci, pelonjakan tersebut berasal dari beban penyusutan armada dan peralatan yang naik 21,16 persen menjadi Rp 200,83 miliar, dari Rp 166,75 miliar.
Lebih lanjut, beban gaji dan tunjangan turut melonjak hingga 29,03 persen menjadi Rp 94,58 miliar, dari Rp 73,29 miliar. Hal itu juga diikuti lonjakan beban pengemudi sebesar 531,9 persen menjadi Rp 39,93 miliar dari Rp 6,32 miliar. Manajemen PT Express Transindo Utama Tbk menyatakan bakal membelanjakan dana Rp 300 miliar untuk menyediakan layanan taksi menggunakan kendaraan jenis small multi purpose vehicle (MPV) di Jakarta tahun depan.
Direktur Keuangan Express David Santoso menyatakan perusahaannya memang berencana masuk ke segmen taksi small MPV di Jakarta guna bersaing dengan perusahaan taksi lain. David menyatakan hal itu dilakukan juga karena respons konsumen yang positif saat perusahaan meluncurkan taksi small MPV di daerah lain.
“Sebelumnya kami memperoleh sambutan positif di Semarang dan Padang terkait taksi small MPV ini,” jelasnya di Investor Summit di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, kemarin. Terkait pendanaan, David menyebut uang sebesar Rp 300 miliar memang telah dialokasikan perusahaan untuk melakukan peremajaan armada tahun depan. “Tahun depan kami akan peremajaan armada. Nanti taksi small MPV masuk melalui peremajaan armada. Dana capex kami siapkan Rp 300 miliar,” ujarnya.
Ia menjelaskan, sesuai aturan Dinas Perhubungan dan Organisasi Angkutan Darat (Organda) taksi small MPV tersebut memiliki spesifikasi kapasitas mesin di 1.300 cc-1.500 cc. David menyatakan pihaknya bakal mencari merek berbeda dari pesaing dan lebih irit. "Sudah ada merek tertentu, maunya pakai merek yang beda, maunya yang lebih irit dan nilai jualnya bagus," katanya.
Di tempat yang sama, Direktur Express Shafruhan Sinungan menyatakan sesuai keputusan Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda), bahwa perusahaan taksi perlu menyediakan diversifikasi jenis kendaraan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Organda sendiri telah menetapkan jumlah taksi MPV yang diizinkan berkeliaran di Ibu Kota, sebanyak 16 persen dari total keseluruhan armada taksi di Jakarta yang saat ini berjumlah sekitar 40 ribu unit.
"Total taksi yang beroperasi di Jakarta 40 ribu lebih di Jabodetabek, kalau ambil 16 persen dari itu 6.400-an. Jadi itu kira-kira gambaran alokasi small MPV. Kalau kami kemungkinan sekitar 1.500 yang masuk ke small MPV," jelasnya.
No comments:
Post a Comment