Monday, December 21, 2015

Dua Hal Yang Jadi Penentu Jatuh Bangun Ekonomi Dunia Tahun 2016

Pertumbuhan ekonomi dunia termasuk Indonesia masih akan menghadapi berbagai tantangan ke depan. Pendorong utama pertumbuhan ekonomi dunia di 2016 bukan lagi China dan negara-negara berkembang lainnya, namun akan didorong oleh negara-negara maju.

Setidaknya, ada 2 hal utama yang akan berpengaruh dalam perekonomian ke depan, yaitu soal kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed), dan pelemahan perekonomian China.

"Dalam jangka pendek, 2016 masih akan menghadapi risiko global yaitu kenaikan Fed Fund Rate (suku bunga acuan AS), kedua soal China," ujar Ekonom Senior Mandiri Sekuritas, Leo Putra Rinaldy, dalam Economic Outlook Mandiri, di Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (21/12/2015).

Dia menjelaskan, perekonomian ke depan cenderung akan didorong oleh negara-negara maju. Data International Monetary Fund (IMF) memperkirakan, dalam rentang tahun 2015-2020, ekonomi negara-negara maju berada dalam tren naik. Sebaliknya, China yang dulu sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi dunia, di tahun-tahun ke depan masih akan melemah.

"Driven akan didorong oleh negara-negara maju. Prediksi akan terus pick up rata-rata naik 2,5%. China sebaliknya ke depan cenderung turun. Implikasinya commodity prices, ada risiko," terang dia. Di sisi lain, Leo mengungkapkan, China masih akan terus melemahkan mata uangnya agar produk-produk China bisa bersaing dengan negara lain.

Selama ini, nilai mata uang China sudah terlalu tinggi (over value) sehingga produk-produknya tidak kompetitif di pasaran. "Saya lebih khawatir adalah China, karena tren pertumbuhan ekonomi terus melambat. Impact (dampak) yuan terdepresiasi, ini ada potensi berdampak penekanan terhadap rupiah," katanya.

Selain China, kenaikan suku bunga acuan di AS juga perlu diwaspadai. Kenaikan suku bunga AS akan berdampak signifikan terhadap rupiah jika kenaikan di atas 125 basis poin (bps). "Jadi 2 risiko dalam jangka pendek, kenaikan Fed Fund Rate itu bisa jadi risiko kita jika di atas 125 bps, itu jadi volatility ke rupiah, market ekspektasi sih ada kenaikan 2-3 kali, 50-70 bps, sehingga di tahun 2016 Fed Fund Rate di angka 1-1,25%," tandasnya.

No comments:

Post a Comment