Pelaku industri makanan dan minuman sebisa mungkin menghindari menaikkan harga jual produk demi meningkatkan volume penjualan di tahun depan. Pasalnya pelaku industri tak mau lagi menciptakan pertumbuhan nilai output industri yang besar akibat harga produk yang meningkat.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi Lukman mengatakan kalau peningkatan volume produksi perlu dilakukan demi memanfaatkan keringanan biaya produksi di awal tahun seperti penurunan tarif listrik industri, bahan bakar industri, serta harga gas bagi industri. Efisiensi biaya produksi tersebut menurutnya harus diimbangi dengan peningkatan produksi.
"Kami sangat senang di awal tahun nanti ada banyak keringanan biaya. Ini kesempatan bagi kami untuk menaikkan produksi demi mengganti apa yang terjadi di tahun ini. Kami cuma berharap tahun depan tidak akan ada faktor biaya produksi lain yang naik, sehingga harga jual juga stabil," ujar Adhi di Jakarta, Selasa (15/12). Apabila kondisi memaksa penaikan harga jual produk, ia berharap kenaikannya tak akan lebih dari 5 persen. Sebab jika melihat sejarah kenaikan harga sektor makanan minuman olahan sebelumnya, kenaikan harga sebesar itu dalam setahun sudah dianggap tinggi bagi masyarakat.
"5 persen itu sudah cukup tinggi. Makanya kami sempat khawatir dengan adanya kenaikan harga jual produk industri makanan minuman sebesar 10 hingga 15 persen di awal Januari lalu. Akibat hal tersebut, nilai industri makanan minuman di kuartal I dan II memang tumbuh tapi karena didorong harga, bukan karena volume," tambahnya. Namun Adhi menyebut kalau keadaan tersebut sudah berubah memasuki kuartal IV 2015, di mana volume penjualan juga mulai meningkat. Hingga akhir tahun ini, ia menargetkan pertumbuhan volume industri sebesar 4 persen dan pertumbuhan nilai industri sebesar 7 persen dibanding tahun lalu, atau menurun dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar 8 persen.
Sebagai informasi, pertumbuhan industri makanan dan minuman di kuartal III tahun ini hanya sebesar 6,95 persen atau menurun dari angka periode yang sama tahun lalu sebesar 10,89 persen. Padahal di semester I tahun ini, industri makanan dan minuman bisa mencetak pertumbuhan 8,46 persen.
"Kami harap bisa terus jaga tren permintaan ini hingga tahun depan. Semoga di akhir tahun depan kami bisa menciptakan pertumbuhan nilai output sebesar 7 hingga 8 persen. Kalaupun nanti jadi ada cukai untuk minuman berpemanis dan berkarbonasi, ya kami pasrah saja," tuturnya.
No comments:
Post a Comment