Saturday, December 19, 2015

4 Hal Berbahaya Dari Ekonomi China Pada Tahun Monyet Api 2016

Pasar saham masih dibayang-bayangi perlambatan ekonomi China. Angka kuartalan produk domestik bruto (PDB) China mencerminkan pertumbuhan terburuk semenjak krisis ekonomi. Pertumbuhan ekonomi China tahun ini dinilai secara keseluruhan masih stagnan, meskipun data resmi masih dapat mencapai target pemerintah yang berada di sekitar 7 persen. Berikut adalah empat hal yang harus diwaspadai dari ekonomi China di tahun monyet api.

1. Berapa besar pelemahan pertumbuhan?
Ekonom memproyeksikan GDP tahun ini sebesar 6,8 persen dan 6,5 persen di 2016. Angka ini jauh dari pertumbuhan dua digit China, tetapi pemerintah maupun ekonom masih melihat bahwa hal ini masih berada di jalur yang benar. Mereka berpendapat bahwa China akan memerlukan rata-rata pertumbuhan tahunan sebesar 6,5 persen setiap tahunnya selama lima tahun kedepan agar dapat meningkatkan perekonomian dengan mencapai target sekitar US$ 12 triliun tahun 2020.

Hal itu bisa terjadi jika sektor jasa di negara itu misalnya, pendidikan dan pariwisata terus berkembang pesat dan aktivitas pabrik menyusut. Keseimbangan ekonomi China telah berubah, menurut Biro Statistik Nasioanl China, sektor jasa sekarang berkontribusi sekitar 48 persen dari PDB China. Ekonom perpindahan dari sektor manufaktur sebesar senilai 43 persen dari ekonomi tahun lalu dan akan terus berlanjut.

2. Apakah China akan memotong suku bunga lagi?
Meskipun tumbuh kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi China, Beijing menjauh dari melepaskan stimulus besar tahun ini. Pemerintah mengeluarkan langkah-langkah "mini-stimulus", memotong suku bunga beberapa kali, menurunkan jumlah kas bank yang diperlukan untuk menjaga uang beredar dan untuk mendorong pinjaman, dan mempercepat proyek-proyek infrastruktur. Hal tersebut memungkinkan mata uang yuan kembali jatuh juga memberikan dorongan untuk eksportir.

Pertemuan pemerintah China pada bulan Maret akan menjadi tinjauan utama kebijakan berikutnya. "Kami berharap peningkatan fiskal dan dukungan pinjaman untuk investasi infrastruktur, tetapi tidak ada paket stimulus baru yang besar-besaran," kata ekonom UBS Wang Tao. Awal 2016, akan ada kemungkinan pemotongan suku bunga lagi oleh bank sentral China.

3. Apakah China bisa menenangkan perekonomiannya?
Sementara sebagian besar pasar China masih didominasi oleh investor domestik, Beijing ingin mendorong lebih banyak partisipasi asing. Volatilitas ekstrim tahun ini akan membuatnya lebih sulit. Pemerintah telah mengambil beberapa langkah untuk menekan perubahan pasar yang tidak menentu. China akan mengadopsi pemutusan sirkuit atau rem darurat mulai 1 Januari 2016, yang akan menghentikan perdagangan selama 15 menit jika indeks utama saham China bergerak keatas atau kebawah sebesar 5 persen.

Regulator juga mempertimbangkan mengubah aturan bagi perusahaan yang ingin go public. Ada rencana untuk menghubungkan bursa Hong Kong dan Shenzhen pada tahun 2016, memberikan akses bagi investor kedua bursa ke kedua pasar. Tetapi para ahli mengatakan China akan harus membangun kembali kepercayaan investor, baik di dalam maupun di luar negeri.

4. Akankah penurunan yuan berlanjut?
Yuan yang juga dikenal sebagai renminbi, turun hampir 5 persen terhadap dolar tahun ini, analis memperkirakan mata uang ini akan kembali jatuh, dan mencerminkan pelemahan pertumbuhan dan perdagangan. Dari data ekonom memperkirakan bahwa yuan bisa melemah 7,50 terhadap dolar pada akhir 2016 menurun 16 persen dari level saat ini.

China bekerja keras agar mata uangnya diterima sebagai pemain global dalam perdagangan dan investasi. Pada bulan November, China menerima stempel persetujuan dari IMF, untuk memasukkan yuan di keranjang eksklusif mata uang mulai 1 Oktober 2016. Dengan mata uangnya yang sekarang menjadi sorotan global, China mendapat tekanan yang lebih besar untuk memungkinkan kekuatan pasar memainkan peran yang lebih besar.

Sebagai upaya, pemerintah China akan mulai melacak nilai yuan terhadap mata uang dunia, bukan hanya dolar AS. Di seluruh dunia, yuan semakin penting. Menurut Swift, organisasi yang menyediakan transaksi global, pada bulan Oktober, yuan menjadi mata uang keempat di dunia yang paling banyak digunakan untuk pembayaran internasional.

No comments:

Post a Comment