Wednesday, September 2, 2015

Nilai Tukar Rupiah Makin Volatil ... Kemampuan BI Semakin Diragukan

Pada hari ini, Rabu (2/9), kurs tengah Bank Indonesia ditetapkan di level Rp 14.127 per dolar AS, melemah 46 poin atau 0,33 persen dari kurs tengah hari kemarin.  Lebih lanjut, kurs jual ditetapkan di Rp 14.198 per dolar AS, sedangkan kurs beli berada di Rp14.056 per dolar AS. Selisih antara kurs jual dan beli melebar ke Rp 142 per dolar AS.

Rangga Cipta, ekonom Samuel Sekuritas mengatakan rupiah justru melemah ketika mata uang lain di Asia menguat signifikan terhadap dolar AS. Depresiasi kurs terjadi karena merespon data inflasi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).

BPS merilis inflasi bulan lalu sebesar 0,39 persen secara bulanan (month to month) atau 7,18 persen secara tahunan (year on year).  “Rupiah kembali melemah hari ini karena melihat harga komoditas yang turun drastis,” jelasnya dalam riset, Rabu (2/9).  Menurutnya, posisi cadangan devisa pada akhir pekan ini kemungkinan kembali turun. Hal ini berpotensi meningkatkan kekhawatiran terhadap kemampuan BI mencegah depresiasi rupiah yang lebih dalam.

Terkait inflasi, Ekonom Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra mengakui prediksi inflasi bulan lalu yang dibuat perusahaannya meleset dari realisasi. Mandiri Sekuritas sebelumnya memperkirakan laju inflasi Agustus tidak akan jauh dari 0,63 persen.

“Secara umum, prediksi inflasi kami terlalu over-estimate pada kelompok harga baju dan makanan pada perbandingan periode yang sama,” jelasnya.  Meski inflasi turun di bawah ekspektasi, Aldian menilai kecil kemungkinan bank sentral mengubah BI rate pada tahun ini.  “Kami meyakini BI akan tetap pada level yang sama yaitu 7,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur selanjutnya, yang semata-mata akibat risiko eksternal,” kata Aldian.

Sebelumnya, Gubernur Bank BI Agus D.W. Martowardojo memberi sinyal bank sentral akan menahan suku bunga acuan (BI rate) di angka 7,5 persen untuk jangka waktu yang cukup lama. Agus menyebut cara paling aman untuk menjaga stabilitas moneter adalah dengan tidak mengubah suku bunga.

“Sekarang ini kondisi dunia sedang dalam kondisi tidak pasti. Amerika Serikat (AS) sejak 2010 bunganya dibuat rendah dan diberikan likuiditas ke seluruh dunia. Sekarang karena ekonominya membaik dia mau naikkan tingkat bunganya,” ujar Agus di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), belum lama ini

No comments:

Post a Comment