Wednesday, September 2, 2015

Wejangan Direktur IMF Untuk Jokowi Agar Indonesia Keluar Dari Resesi Ekonomi

Christine Lagarde, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) menekankan lima langkah penting yang perlu dilakukan negara-negara di kawasan Asia dalam menghadapi gejolak ekonomi global dan resesi ekonomi khususnya Indonesia.

Kelima resep yang ditawarkan Bos IMF ini adalah memperkuat ketahanan anggaran pemerintah melalui kebijakan fiskal yang matang, mengendalikan pertumbuhan kredit agar tidak berlebihan, mengupayakan nilai tukar bertindak sebagai penyerap guncangan (shock absorber), menjaga kecukupan cadangan devisa, serta membangun pengawasan dan pengaturan sektor keuangan.

Namun, Lagarde mengatakan setiap kebijakan yang akan diambil harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing negara.  Menurut Lagarde, ada beberapa kondisi yang membuat ketidakpastian ekonomi dunia meningkat, antara lain perlambatan ekonomi China dan Jepang, serta kejatuhan harga komoditas. Selain itu, rencana kenaikan tingkat suku bunga Amerika Serikat (AS) juga turut memperngaruhi dinamika global.

“Pesan saya hari ini adalah masih ada alasan bagi kawasan ini (Asia) untuk terus percaya diri. Pemerintah (negara di kawasan Asia) memahami betul apa yang harus dilakukan dan siap mengambil langkah lebih jauh apabila diperlukan,” kata Christine dalam konferensi internasional Bank Indonesia (BI) - IMF di Gedung BI, Rabu (3/9). Mantan Menteri Keuangan perancis ini menambahkan, ada "empat i" yang seharusnya melatarbelakangi upaya pemerintah untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Pertama adalah "inovasi" sektor keuangan. Menurut Lagarde, sektor keuangan terus berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan pasar. Semakin beragamnya produk keuangan dinilainya sebagai contoh dari inovasi pendalaman keuangan. Namun, dia menekankan inovasi tersebut harus disertai dengan pengaturan sistem keuangan yang baik.

"i" berikutnya adalah "integrasi keuangan". Dia mengatakan seiring dengan meningkatkan aktivitas perdagangan antarnegara, integrasi keuangan menjadi kunci penting terciptanya pasar modal yang lebih besar dan liquid sehingga bisa mengurangi biaya modal. Ketiga adalah "ide atau gagasan". Untuk kasus di Asia Tenggara, Komunitas Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dianggap lagarde sebagai gagasan penting untuk menciptakan harmonisasi dan koordinasi kebijakan yang lebih baik di kawasan.

Selanjutnya adalah "infrastruktur", yang disebut Lagarde sebagai kunci masa depan Asia. Pembangunan infrastruktur seperti jalan, rel kereta, dan pelabuhan dinilainya bisa menjadi modal kuat pertumbuhan ekonomi. Bagi negara berkembang, lanjut Lagarde, infrastruktur sarana transportasi dan jaringan teknologi yang semakin maju menjadi solusi untuk terhindar dari jebakan negara kelas menengah (middle income trap).

Namun, ia menambahkan dibutuhkan investasi besar dalam jangka panjang untuk menyukseskan pembangunan infrasturuktur di setiap negara. Oleh karenanya, pemerintah harus efisien dan tepat sasaran dalam memilih proyek infrastruktur, serta mengimplementasikan kebijakan fiskal yang ramah terhadap investasi.  Terakhir, Lagarde menilai pemerintah juga perlu memperhatikan tingkat inklusi keuangan. Menurutnya, hampir 350 juta penduduk di kawasan Asia berada di bawah garis kemiskinan dan tidak memiliki akses layanan keuangan. Hal ini dinilainya bisa menghambat pencapaian kesuksesan Asia nantinya.

“Inklusi keuangan bukan hanya sekadar produk dan aturan. Ini secara langsung meningkatkan taraf hidup dan mengurangi kemiskinan. Inklusi keuangan merupakan sejumlah layanan dan kesempatan yang tercipta di mana ada ketimpangan. Ketimpangan di pendapatan, gender, pendidikan, dan kesehatan,” ujar Lagarde.

No comments:

Post a Comment